Senin, 02 April 2018

Jembatan Penghubung Empat Kampung di Jayawijaya Mulai Rusak

Buletinnusa
Jembatan Penghubung Empat Kampung di Jayawijaya Mulai Rusak
Foto: Amsal Hima, seorang warga setempat ketika dijumpai di Jembatan Muara, yang menghubungkan empat kampung dengan pusat ibu kota Jayawijaya, Senin (2/4).
Di sebelah (di empat kampung tersebut) hanya ada Sekolah Dasar (SD), kalau SMP dan SMA tidak ada jadi anak-anak sekolah biasa lewat sini (jembatan) ke sekolah
Wamena -- Salah satu jembatan gantung yang menghubungkan empat kampung dengan pusat ibu kota Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua, mulai rusak dan berpotensi menimbulkan korban jiwa karena jembatan itu rentan jatuh ke Sungai Baliem.

Selama ini masyarakat di Kampung Minimo 1, Minimo 2 dan Minimo 3 serta Kampung Tiwe mengandalkan Jembatan Muara, Kampung Hulowok, Distrik Wesaput ini sebagai akses terdekat menuju pusat kota.

Berdasarkan pantuan Antara, Senin, jembatan gantung yang memiliki bentang sekitar 300 meter dan melintasi sungai Baliem yang deras itu, patut diperbaiki sebab sejumlah papan yang dijadikan pijakan sudah lapuk dan terlihat lubang-lubang besar.

Jika warga hendak melintas, di beberapa bagian jembatan itu, harus dialas dengan kayu buah untuk menggantikan beberapa papan yang lapuk.

Salah satu jembatan gantung yang menghubungkan empat kampung dengan pusat ibu kota Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua, mulai rusak dan berpotensi menimbulkan korban jiwa karena jembatan itu rentan jatuh ke Sungai Baliem.
Jembatan Penghubung Empat Kampung di Jayawijaya Mulai Rusak
Selama ini masyarakat di Kampung Minimo 1, Minimo 2 dan Minimo 3 serta Kampung Tiwe mengandalkan Jembatan Muara, Kampung Hulowok, Distrik Wesaput ini sebagai akses terdekat menuju pusat kota.
Tak hanya itu, beberapa kawat seling yang dijadikan penyanggah papan sudah karat, bahkan ada diantaranya yang dipasang menjadi pagar, sekaligus penahan jembatan sudah putus termakan usia.

Amsal Himan, seorang warga setempat ketika dijumpai di jembatan gantung, mengatakan jembatan itu merupakan satu-satunya akses tercepat yang digunakan juga oleh anak sekolah sehingga diperlukan penanganan.

"Di sebelah (di empat kampung tersebut) hanya ada Sekolah Dasar (SD), kalau SMP dan SMA tidak ada jadi anak-anak sekolah biasa lewat sini (jembatan) ke sekolah," katanya.

Menurut dia, sudah 18 tahun jembatan yang memiliki lebar kurang lebih dua meter itu belum diperbaiki, bahkan sudah tidak terawat saat kawasan itu tidak lagi dijadikan tempat wisata lokal sekitar 2006.

Ros, seorang ibu yang juga hendak melintasi jembatan tersebut mengatakan sebelumnya warga sempat mengusulkan untuk pemerintah kampung mengalokasikan separuh dari dana kampung untuk perbaikan jembatan, namun usulan itu tidak terealisasi karena anggaran yang diturunkan tidak jelas kepada masyarakat.

"Tahun lalu ada dua orang yang jatuh di sini (dari jembatan) dan yang satu selamat karena tahu berenang, sementara yang satu tidak. Beberapa hari kemudian baru ditemukan jenazahnya di Distrik Maima (salah satu distrik yang dilintasi Sungai Baliem)," katanya. (*)


Copyright ©Antara Papua "sumber"
Hubungi kami di E-Mail: tabloid.wani@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar