Buletinnusa
Gitaris Slank Ridho Hafieds menyerahkan sebuah ukulele kepada Hapiong Ukulele Group
Ambon, Malukupost.com - Ukulele bukan alat musik baru. Usianya sudah sangat tua, dengan beragam bentuk di berbagai wilayah. Sebagai musik pelengkap dan dimainkan secara tunggal, itu sudah biasa.
Bagaimana jika 10 sampai 12 pemain ukulele bergabung jadi satu dan memainkan berbagai komposisi secara keroyokan? Tentu tidak lazim tapi itulah yang dilakukan Hapiong Ukulele Group (HUG). Mereka terdiri dari Nicho Tulalessy, Larry Lekatompessy, Stevy Nanuru, Sammy de Lima, Lodrik Ferdinandus, Willy Waas, Joseph Silooy, Barry Silooy, Mez Silooy, John Silooy, Franklyn Silooy, dan Elthon Silooy.
Meskipun baru berusia seumur jagung, HUG cepat sekali dikenal di luar Ambon. Selain karena penampilan di panggung Hari Musik Indonesia beberapa waktu lalu, HUG juga dikenal sampai di negeri Belanda melalui youtube.
"Banyak orang memberi respon positif, baik di Ambon maupun di luar Ambon. Di Belanda, famili di sana bahkan mengirim ulang ke youtube dan memberi teks Bahasa Belanda," jelas penggagas HUG Nicho Tulalessy, Jumat (6/4).
Nicho jelaskan, HUG juga mendapat perhatian gitaris Slank Ridho Hafieds. Rasa simpati Ridho pada HUG ditandai dengan penyerahan sumbangan sebuah uklele.
"Saya pikir kelompok HUG ini baik sekali, jadi saya perlu mendukung," kata Ridho kepada HUG di sela-sela Konferensi Musik Indonesia.
Selain dukungan Ridho, HUG sebelumnya juga mendapat sumbangan dari pelayar Australia Lyn Tunbridge. Lyn adalah peserta lomba layar Darwin-Ambon yang punya hubungan baik dengan masyarakat dan pemuda Negeri Amahusu.
Meskipun dari berbagai kota di dalam dan luar negeri terdapat banyak dukungan, Nicho mengatakan, dukungan paling penting adalah dari semua pihak di Amahusu.
"Gereja, negeri, pemuda, bahkan Ambon Sailing Community, adalah pendukung kami yang paling utama. Sebab itulah kami berani untuk bergerak membangun dan melestarikan musik tradisi di Maluku," ungkapnya.
Melihat usia seluruh personil HUG yang bukan lagi pada usia emas, Nicho mengaku kehadiran HUG bukan untuk mengejar karier atau ambisi di bisnis hiburan, melainkan untuk memotivasi para seniman dan generasi muda agar tetap mencintai musik tradisional.
Dia berharap, Ambon sebagai kota musik, perlu mempersiapkan segala sesuatu secara baik supaya layak menyandang gelar kota musik dunia. Salah satu usul untuk Pemkot Ambon dari HUG adalah kiranya di setiap sekolah ada alat musik yang merata.
"Misalnya, di setiap sekolah harus ada tifa, suling, ukulele, dan totobuang, selain alat musik elektrik modern. Itu kalau pemerintah serius," demikian Nicho. (rudi fofid/foto hug)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar