Sabtu, 31 Agustus 2019

Di Assen, Kabaresi Pentas Kehormatan Untuk Yapi Mailoa

Buletinnusa

Pentas Sanggar Kabaresi di Assen, Sabtu (31/8) malam.(foto c z ongen manoppo)

Laporan Rudi Fofid-Ambon

Ambon, Malukupost.com - Meskipun jenazah pendiri Sanggar Teater Kabaresi Yapi Mailoa masih terbaring di Rumah Sakit Martini Groningen, Belanda menunggu kepulangan ke Ambon, pementasan teater di Assen, tetap dilangsungkan Sabtu (31/8) malam.

Para personil Sanggar Kabaresi memang sedang berada dalam suasana duka perkabungan akibat kepergian sang guru, Yapi Mailoa.  Mereka juga dilanda kelelahan karena banyak begadang.  Raut  duka tak bisa disembunyikan Alfrido Ralahalu,  Valentino Luhukay, Theofrydo Manoppo, Endy Diaz, Randy Sapulette, Grace Syauta, dan Iin Nahumarury.

Sampai di Molukse Kerk Rehoboth, Assen, suasana duka  tetap terpancar.  Namun ketika pementasan dimulai, Alfrido (Acim) dan Valentino (Atus Perces) yang paling senior di Kabaresi, seperti biasa, mampu mengocok perut penonton.  Ledakan tawa juga ditopang  penampilan prima Grace (Lisbeth), Iin (Leha) dan Randy (Nabas).

Media Online Maluku Post mengikuti siaran langsung pementasan yang dilaporkan Theofrydo Manoppo, dari Assen.  Dari siaran itu, terlihat lakon perkawinan Nabas dan Lisbeth yang dipentaskan mampu menghadirkan suasana segar, kocak, sedih, silih berganti.  Para pemain tampil prima, seakan tidak ada beban. 

Diiring permainan organ Endy Diaz, tiga pelakon yakni Nabas, Lisbeth, dan Leha mampu bernyanyi sebagai bagian pendukung cerita.  Ada suka maupun duka.   Nona Tulehu Iin Nahumarury bahkan membuat penonton bergoyang dengan suguhan lagu dangdut.   Sedangkan Acim pandai menyelipkan pesan-pesan budaya dan moral di sela pementasan, tanpa mengurangi daya ledak. Pementasan ditutup dengan lagu Sei Hale Hatu. 

Sanggar Kabaresi di Assen, Sabtu (31/8).  (cz ongen manoppo) 
Sebelum turun panggung, Alfrido menceritakan kronologis perjalanan Sanggar Teater Kabaresi ke Negeri Belanda.  Mulai dari rencana pementasan sampai bulan Oktober, namun mendadak Yapi Mailoa harus tutup usia.

"Katong tujuh yang ditinggalkan Om Yapi, katong rasa susah sekali. Bagaimana katong punya nasib di sini, tetapi melalui banyak orang,  basudara semua di sini, ada jalan dan katong jadi kuat,`` kata Alfrido.

Alfrido juga menyebutkan, pementasan di Assen kali ini adalah pementasan pertama tanpa Yapi Mailoa di sisi panggung.  Assen disebutnya sangat berarti sebab tahun 2005, Yapi membawa Sanggar Kabaresi pertama datang di Assen.  Kini, Yapi pergi justru dari Assen.

Dia tambahkan, pementasan ini juga sebagai sesuatu yang berat, sebab bagaimana harus naik panggung, sedangkan Yapi masih tidur di kamar jenazah di rumah sakit.

``Pementasan malam ini, adalah persembahan untuk Om Yapi Mailoa,`` pungkas Alfrido. (Maluku Online/foto crtz: Ongen Manoppo Kabaresi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar