Selasa, 20 Agustus 2019

PROFESOR PAPUA EDO KONDOLOGIT

Buletinnusa
Catatan Rudi Fofid-Ambon ada satu hal kecil yang kebanyakan kita lupa saat menyimak siaran televisi: bahwa segala sesuatu sangat sering di-setting. hidup mati papua adalah siaran televisi yang bikin naik rating tapi tidak bikin naik taraf hidup merek (CUMA RATING, Eko Saputra Poceratu) Saya tidak tahu, mengapa musisi senior Indonesia jatuh hati kepada mantan satpam pertamina Ehud Eduard Kondologit. Saya tidak tahu, mengapa musisi legendaris Indonesia Frangky Sahilatua mempercayakan lagu ``Aku Papua`` kepada Ehud Eduard Kondologit. Akan tetapi, saya tahu, Ehud Eduard Kondologit adalah lelaki kulit hitam berhati putih, yang rambutnya keriting tetapi pikirannya lurus. ``Orang Papua itu sederhana. Mereka sangat terbuka, menerima semua orang, dan gampang diatur. Mereka percaya kepada semua orang. Sebab itu mereka akan sangat kecewa dan bisa marah, kalau rasa percaya itu dikhianati,`` kata Ehud Eduard Kondologit dalam suatu dialog di TV, merespon situasi ``berdarah`` di Papua, sekitar 10 tahun lalu. Bagi saya pribadi, Ehud Eduard Kondologit adalah guru bangsa. Dia boleh disebut profesor untuk masalah Papua. Dia sanggup mempresentasikan isi hati Papua secara penuh keahlian. Saya terakhir kali masih jumpa Bung Ehud Eduard Kondologit dalam konser Franky Sahilatua Untuk Indonesia di TIM Cikini, Jakarta, dan juga peluncuran album Orang Basudara bersama Glenn Fredly di Kemang, Jakarta. Ada begitu banyak reaksi dan respon terhadap ``kasus serangan kepada mahasiswa Papua di Malang, Surabaya, dan terakhir di Makassar. Sambil mengingat puisi penyair Ecko Saputra Poceratu, "Papua Cuma Rating", terasa memang masalah Papua cepat sekali dikemas demi kepentingan rating. Masalah utama ada pada "bendera" dan "monyet" di Surabaya, sudah pindah fokus ke Papua. Kompas TV mengundang Ehud Eduard Kondologit ke studio untuk membahas masalah Papua, dan terlihat Edo sangat sejuk di raut, pikir, dan ucap. Ia penuh integritas, dan terlihat sangat cendikia. Tidak ada amarah, dendam, gertak gigi dalam diri Edo. Ia kritis, tegas, tetapi disampaikan secara santun, demi Indonesia. Terima kasih, Bung! Sa minta izin pangge ko Profesor Edo. Sa tahu, ko tidak suka dengan pujian, sanjungan, dan segala makan puji. Sa minta maaf, tetapi sa tetap sebut Profesor Edo yang bisa sa percaya, dan sa hakul yakin, pendapat Profesor Edo, semata-mata demi Indonesia. "Kita ini semua satu keluarga, dan bapak presiden Jokowi itu bicara sebagai seorang Bapak," kata Edo. Video wawancara Kompas TV dengan Edo Kondogit, bisa dilihat pada lin ini:://http://www.youtube.com/watch?v=XUTvxk3QszQ (Maluku Post)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar