Laporan Rudi Fofid-Ambon
Ambon, Malukupost.com - Sebuah buku kumpulan puisi karya penyair asal Maluku Eko Saputra Poceratu diterbitkan oleh Penerbit Bentara Jakarta, akhir Mei ini. Antologi puisi bertajuk Hari Minggu Ramai Sekali, sudah selesai dicetak dan siap didistribusikan kepada khalayak.
Menurut Ita Siregar, puisi Eko yang diterbitkan itu, berasal dari hasil seleksi para penyair yang diundang mengikuti Festival Sastra dan Rupa Kristiani 2018 oleh Majalah Litera. Selaku salah satu kurator, Siregar menyatakan ia ikut memilih Eko sebagai wakil penyair dari wilayah timur Indonesia.
"Puisi-puisi Eko langsung bersinar, dengan cepat dipahami saat membaca, dan memotret dengan tepat segala peristiwa manusia," kata Siregar.
Hari Minggu Ramai Sekali dan puisi-puisi lainnya, secara total berjumlah 21 judul puisi, yang tersebar dari halaman 9 sampai 78. Puisi-puisi bertema kemanusiaan dalam balutan rohani Kristiani, beberapa di antaranya pernah dibacakan Eko di panggung atau di akun media sosial.
Puisi-puisi dalam antologi ini adalah Ada Neraka di Papua, Selamat dari Bahaya, Parasetamol dan Ampicilin, Kalau Pemberontak Bernyanyi, Salib tanpa Yesus, Puisi Paksa Sebelum Paskah, Hari Minggu Ramai Sekali, Cons-Benselin, Puisi Genesis - Tiada Menjadi Ada dan Ada Menjadi Tiada, Cuma Rating, Episode Mariana (1), Episode Mariana (2), Episode Mariana (3), Episode Mariana (4), Episode Mariana (5), Episode Mariana (6), Rumput-Rumput dan Sapi-Sapi, Mimpi Seorang Jemaat di Gereja, Matahari Papua, dan Hidup.
Eko yang dihubungi tadi malam menyebutkan, antologi puisinya akan dibedah dan diluncurkan di beberapa kampus di Ambon. Selain itu karena antologi puisi bertema kristiani, ia berencana membawa puisi dibedah pula di lingkup gereja.
Eko adalah penyair kelahiran Tihulale, 2 Mei 1992. Ayahnya Yohanes Poceratu, ibunya Maria Pariama. Setelah tamat SD di Tihulale, ia melanjutkan studi di SMP Negeri 1 dan di SMA PGRI 1 Ambon. Eko menamatkan studi S1 di Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM) Ambon dan sedang menunggu masa vikaris.
Sebelum ini, puisi Eko diterbitkan dalam beberapa antologi seperti Antologi Puisi Biarkan Katong Bakalae (2013), Pemberontakan dari Timur (2014), Antologi Mata Aru, Antologi Kita Dijajah Lagi (2017), Rasa Sejati (2018), Puisi Banjar Baru’s Rainy Day Literary Festival (2017-2018).
Eko adalah penyair emerging pada Makassar International Writer’s Festival di Fort Rotterdam (2018) dan penulis yang diundang ke Festival Sastra dan Rupa Kristiani di Jakarta (2018).
Ia aktif di Bengkel Sastra Batu Karang, UKIM Ambon, mendirikan Bengkel Sastra dan Taman Baca Kintal Sapanggal, serta aktif bersama Bengkel Sastra Maluku. Sejumlah puisinya sedang dalam proses terjemahan ke Bahasa Inggris untuk diterbitkan sebuah penerbit di luar negeri. (malukupost.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar