Pdt.Lipiyus Biniluk,M.Th |
Terkait dengan bursa menteri tersebut, Seorang Tokoh Agama dari Papua, Pdt.Lipiyus Biniluk, M.Th berpendapat, jika Jokowi-Ma’ruf mengangkat menteri dari Papua, maka ada dua aspek mendasar harus diperhatikan. Pertama, sosial budaya dan religius.
Baca ini: Gagal Lolos, Banyak Caleg OAP Mengadu ke MRP, Tuntut PSU
Untuk memenuhi dua hal ini, maka sebaiknya calon menteri yang dipilih adalah Orang Asli Papua (OAP), karena yang tahu persis budaya Papua hanya orang Papua sendiri.
Meski lama tinggal dan mengabdi di Papua, itu bukan jaminan. Kemudian dari disisi religius, melihat rakyat Papua mayoritas Kristen, maka sebaiknya calon menterinya penganut agama mayoritas di Papua.
“Dengan begitu Papua benar-benar merasa terwakili di Kabinet,” jelas Pdt.Lipiyus via telepon selurernya kepada Papua Satu, Rabu (29/5).
Dikatakan, selain OAP dan penganut agama mayoritas di Papua, dia takut Tuhan, berintegritas, berwawasan luas, dan punya kemampuan berkomunikasi yang baik dengan segala suku bangsa yang ada. ”Sehingga dia betul-betul bisa mendeteksi kebutuhan dan bisa menjawab kebutuhan rakyat,” tambah Tokoh berpengaruh ini.
Diakui, selama ini menteri-menteri terkait hanya banyak sibuk di Jakarta, padahal sebenarnya mereka bisa turun ke lapangan mengambil aspirasi rakyat di setiap kabupaten/Kota di Provinsi.
“Pembantu-pembantu presiden betul-betul bangun komunikasi yang intens dengan kepala-kepala daerah Provinsi, kabupaten/kota untuk mensinergikan program pusat, jangan pemerintahan pusatdan daerah terkesan jalan sendiri-sendiri. Mari tinggalkan kepentingan politik bangun bangsa ini dengan kerja sama yang baik,” katanya.
Baca juga: Demo di Kantor Bupati, Puluhan OAP Khenambay Umbay Minta Hasil Pleno Rekapitulasi Dibatalkan
Menurutnya, Bangsa Indonesia membutuhkan pemimpin yang takut Tuhan, berintegiritas, dekat dengan rakyat, mau berkorban segalanya untuk rakyat baik waktunya, tenaga bahkan dompet (hartanya).
Pasalnya, mayoritas penduduk Indonesia itu 85% ekonomi lemah. Karena itu jadi pemimpin dia harus bisa merendahkan diri, merelakan diri untuk bergaul dengan raakyat agar rakyat merasa dihargai, sehingga bisa meminimalisir konflik yang terjadi akibat kecemburuan sosial.
Sosok pemimpin yang dibutuhkan ke depan harus bisa jadi teladan dalam berbagai aspek kehiudupan. Pemimpin yang tidak banyak tingggal di Jakarta tetapi lebih banyak tinggal di Papua, turun ke masyarakat, serta bisa mengerti visi misi pemimpin di atas agar bisa direalisasikan ke bawah. [sony]
Simak ini: Indonesia Akan Dijajah Asing, Mualem Serukan Referendum Rakyat Aceh
Copyright ©Papua Satu "sumber"
Hubungi kami di E-Mail ✉: tabloid.wani@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar