Kamis, 02 Agustus 2018

Dinsos Maluku Programkan Rumah Singgah Suku "Mausu Ane"

Buletinnusa
Ambon, malukupost.com - Dinas Sosial (Dinsos) provinsi Maluku memrogramkan pembangunan rumah singgah bagi komunitas adat terpencil (KAT) suku terasing Mausu Ane di pedalaman hutan Seram Gunung Morkele, Kabupaten Maluku Tengah. "Pembangunan rumah singgah bagi warga suku Mausu Ane yang terdampak kekurangan pangan merupakan salah satu prioritas untuk ditangani segera. Program ini sudah diusulkan kepada Kementerian Sosial (Kemensos) untuk direalisasikan," kata Sekretaris Dinsos Maluku, Frangky Taniwel, di Ambon, Kamis (2/8).
Ambon, malukupost.com - Dinas Sosial (Dinsos) provinsi Maluku memrogramkan pembangunan rumah singgah bagi komunitas adat terpencil (KAT) suku terasing Mausu Ane di pedalaman hutan Seram Gunung Morkele, Kabupaten Maluku Tengah.

"Pembangunan rumah singgah bagi warga suku Mausu Ane yang terdampak kekurangan pangan merupakan salah satu prioritas untuk ditangani segera. Program ini sudah diusulkan kepada Kementerian Sosial (Kemensos) untuk direalisasikan," kata Sekretaris Dinsos Maluku, Frangky Taniwel, di Ambon, Kamis (2/8).

Rencana tersebut juga sudah dibicarakan dan disusun bersama Tim Kemensos yang turun untuk meninjau kondisi warga Suku Mausu Ane, Negeri Maneo Rendah, Kecamatan Seram Utara Timur Kobi saat diberitakan terdampak kekurangan bahan pangan pada 27 Juli 2018.

Tim sebanyak tujuh orang terdiri dari beberapa unit kerja yakni Komunitas Adat Terpencil (KAT), Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam, Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial dan Pusat Penyuluhan Sosial tersebut juga telah melihat kondisi terkini warga suku terasing tersebut, serta bersama-sama menyusul rencana penanganan baik darurat, jangka pendek dan jangka panjang.

"Jadi pembangunan rumah singgah ini sebagai tempat alternatif yang mudah di akses oleh semua kepentingan, mengingat lokasi pemukiman mereka sangat jauh di dalam pedalaman hutan Pulau Seram dan hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki selama dua hari satu malam," katanya.

Menurutnya, desa Morokay merupakan yang terdekat dengan lokasi pemukiman suku terasing Mausu Ane, di mana di lokasi tersebut telah didirikan Posko Terpadu sebagai pusat koordinasi lintas sektor sekaligus titik menurunkan berbagai bantuan untuk disalurkan kepada warga suku terasing tersebut. Pada lokasi tersebut juga telah dibangun 10 tenda oleh tim terpadu sebagai tempat penampungan sementara 48 Kepala Keluarga (KK) atau 184 jiwa warga suku terasing tersebut.

Sejauh ini, pihaknya telah menyalurkan sejumlah bantuan logistik berupa satu ton beras, 190 lembar matras, 270 lembar selimut, 35 paket mainan anak-anak, 60 paket untuk lansia, 45 paket perlengkapan bayi, 90 paket lauk pauk, peralatan dan perlengkapan memasak (panci, wajan, piring, gelas) serta 45 unit tenda gulung.

"Bantuan juga semakin banyak berdatangan dari berbagai pihak seperti TNI/Polri, pemprov Maluku serta tim medis yang melakukan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan gratis," katanya.

Selain itu, telah dibentuk tim gabungan melibatkan Kemensos dan Dinsos Maluku Tengah yang bertugas melakukan pendampingan psikososial kepada warga suku terasing, mengingat mereka tidak bisa berbahasa Indonesia dan lokasi pemukimannya sangat jauh dari perkampungan warga lainnya.

Sedangkan untuk jangka panjang, telah diusulkan rehabilitasi terhadap pemukiman warga suku terasing Mausu Ane yang dinilai tidak layak huni dari berbagai aspek serta membangun balai sosial maupun balai kesehatan. Setelah bantuan jangka pendek berjalan, selanjutnya pada jangka menengah Kemensos akan memberikan santunan bagi anggota keluarga yang meninggal dan mengidentifikasi jumlah mereka untuk mendapatkan bantuan pangan tanggap darurat selama tiga bulan berupa makanan pokok.

Sedangkan jangka panjang Kementerian Sosial melakukan penjajakan terhadap pelaksanaan Program Pemberdayaan KAT yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi warga sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden (Perpres) 186 Tahun 2014 Tentang Penanganan KAT dan Permensos Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pemberdayaan Sosial KAT.

Frangky menambahkan, tercata empat warga suku terasing meningal akibat dampak bencana kelaparan yakni Lusirue (50 tahun), Asoka bayi berusia dua bulan, Aiyowa (4), sedangkan Laupia (60) meningal pada 26 Juli 2018.

Bencana kelaparan tersebut terjadi disebabkan kebun milik mereka terserang hama babi dan tikus sebagai akibat dari dampak kebakaran hutan dan lahan pada periode Oktober - November 2015 Di kecamatan Seram Utara Timur Kobi dan Kecamatan Seram Utara Timur Seti. (MP-2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar