Rabu, 01 Agustus 2018

Suku Terasing “Mausu Ane” Tidak Alami Gizi Buruk

Buletinnusa
Ambon, Malukupost.com - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Maluku meyakini tidak ada warga komunitas adat terpencil suku terasing Mausu Ane di pedalaman hutan Seram Gunung Morkele, Kabupaten Maluku Tengah yang menderita gizi buruk atau pun busung lapar. "Pada saat berita itu sampai kepada kami, langsung ada tim gerak cepat yang melaksanakan penanggulangan masalah dan mereka yang turun adalah petugas Koramil setempat bersama petugas kesehatan karena itu adalah wilayah kerja dari Puskesmas Pasahari B," kata Kepala Dinkes Maluku, dr. Meylke Pontoh di Ambon, Rabu (1/8).
Ambon, Malukupost.com - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Maluku meyakini tidak ada warga komunitas adat terpencil suku terasing Mausu Ane di pedalaman hutan Seram Gunung Morkele, Kabupaten Maluku Tengah yang menderita gizi buruk atau pun busung lapar.

"Pada saat berita itu sampai kepada kami, langsung ada tim gerak cepat yang melaksanakan penanggulangan masalah dan mereka yang turun adalah petugas Koramil setempat bersama petugas kesehatan karena itu adalah wilayah kerja dari Puskesmas Pasahari B," kata Kepala Dinkes Maluku, dr. Meylke Pontoh di Ambon, Rabu (1/8).

Menurut dia, petugas kesehatan melakukan pelacakan tentang kasus tersebut dan kalau dilihat dari dokumentasi foto, tidak terlihat masyarakat suku terasing ini seperti penderita gizi buruk atau busung lapar.

Karena pada saat mereka masuk hutan dan menemukan ada satu kelompok masyarakat terasing sebanyak 13 orang terdiri dari lima balita, empat dewasa, dan empat remaja tidak terlihat seperti itu.

"Bila dilihat dari dokumentasi foto ini tidak ada yang mengalami gizi buruk, hanya soal kebersihan diri masih rendah karena tidak mandi atau faktor lingkungan membuat mereka seperti itu," jelasnya.

Pada saat itu karena sudah dihebohkan dengan gizi buruk atau busung lapar lalu petugas kesehatan naik untuk memberikan makanan tambahan serta bahan pokok kebutuhan masyarakat yang dibawa pihak TNI bersama Polri.

"Besoknya tim kesehatan turun lagi melakukan pengobatan masal, namun bukan untuk mengobati masalah gizi buruknya tetapi keadaan umum pasien yang kelihatan kurang bagus seperti batuk dan pilek, tetapi tidak ada gizi buruk," tegasnya.

Data korban meninggal dunia juga masih simpang siur, sebab saat pertama kali petugas kesehatan pergi ke lokasi titik kumpul menemui masyarakat suku terasing ini mereka menyampaikan yang meninggal dunia dua orang, terdiri dari seorang akan kecil dan seorang lansia.

Dua orang yang meninggal dunia itu sudah terjadi sejak bulan lalu, tetapi di media masa justeru jadi empat orang sehingga Dinkes tidak tahu ada data seperti itu.

"Tetapi yang jelas sampai sekarang belum ada laporan tambahan kasus meninggal misalnya akibat gizi buruk," kata dr. Pontoh. (MP-2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar