Buletinnusa
Ambon, Malukupost.com - Dinas Sosial (Dinsos) Maluku belum memastikan melaksanakan relokasi para korban krisis pangan di pedalaman Hutan Seram, di Gunung Morkele, Kabupaten Maluku Tengah yang mengakibatkan tiga warga meninggal dunia.
"Kami masih memprioritaskan penanganan tanggap darurat guna memulihkan kesehatan warga agar tidak bertambah jumlah korban," kata Kadis Sosial Maluku, Sartono Piring di Ambon, Kamis (26/7).
Apalagi, tim terpadu dari Kementerian Sosial (Kemensos), Dinas Sosial Maluku, Badan Nasonal Penanggulangan Bencana (BNPB), dinas kesehatan, Kodam XVI/Pattimura, Polda Maluku dan Pemkab Maluku Tengah sedang berada di lokasi.
"Tim terpadu yang dikoordinasikan Direktorat Komunitas Adat Terpencil (KAT) Kemensos ke lokasi dengan tujuan menyalurkan bantuan dan menghimpun data tentang masalah mengakibatkan terjadinya krisis pangan tersebut," ujarnya.
Apalagi, mengajak mereka relokasi ke tempat dinilai aman telah dijajaki Pemkab Maluku Tengah sejak terjadi kebakaran hutan Seram secara besar-besaran pada 2015.
"Jadi soal relokasi nantinya dibicarakan Pemprov Maluku, Pemkab Maluku Tengah dan Kemensos agar program penanganan warga suku terasing yang berada di Dusun Maneo tuntas sehingga tidak menimbulkan masalah baru di kemudian hari," kata Sartono.
Dia mengemukakan, krisis pangan dialami sebanyak 45 kepala keluarga (KK) atau 170 jiwa warga di Negeri Maneo Rendah, Kecamatan Seram Utara Timur Kobi, Kabupaten Maluku Tengah.
Bantuan yang disiapkan untuk disalurkan, antara lain satu ton beras, matras sebanyak 100 lembar, selimut 180 lembar, 35 paket kid ware dan 60 paket kebutuhan lansia.
Sedangkan, bantuan lainnya dari stok penyangga Dinas Sosial Kabupaten Maluku Tengah, antara lain sayur lodeh dan opor ayam 90 kaleng, panci masak dan wajan masing - masing 45 buah, piring 270 buah, gelas melamin 135 buah, selimut wol dan tenda gulung masing - masing 45 lembar dan matras 90 lembar.
Lokasi tinggal warga suku terasing itu berada di Dusun Maneo yang jarak tempuhnya tiga jam dengan kendaraan dari Wahai atau delapan jam dari Masohi, Ibu Kota Maluku Tengah lalu dilanjutkan berjalan kaki delapan jam ke desa terdekat.
Lokasi titik kumpul terdekat ke masyarakat terasing adalah di Kali Toahaku dengan rute perjalanan dari Polsek Seram Utara, rumah singgah jalan dusun Soahari. Kali Touhaku dapat ditempuh dengan kendaraan dari Wahai selama tiga jam atau delapan dari Masohi.
Sedangkan, Bupati Maluku Tengah, Abua Tuasikal mengatakan berencana merelokasi ratusan warga suku Mausu Ane yang mendiami pedalaman Pulau Seram di wilayah pegunungan Morkele ke tempat yang lebih aman dan mudah untuk dijangkau.
Rencana relokasi ratusan warga suku terasing itu telah disampaikan kepada Kepala Desa (Raja) Maeno untuk dikomunikasikan kepada warga suku terasing.
Dia mengakui, pada 2017 lalu saat musibah kebakaran melanda wilayah Pulau Seram dan turut membakar lahan pertanian suku Mausu Ane, Pemkab Maluku Tengah telah meminta agar warga direlokasi.
"Mereka menolak pindah dengan alasan tidak mau meninggalkan tanah-tanahnya serta dan takut jangan sampai ada perusahan yang masuk mengelola lahan mereka," tandas Bupati.
Koramil 1502-05/Wahai dipimpin Dandimnya, Kapten CBA La Ode Ma'aruf membawa makanan ke lokasi krisis pangan pada 24 Juli 2018.
Selain itu, Polda Maluku, Kodam XVI/Pattimura dan berbagai pihak peduli sosial lainnya telah memberikan bantuan. (MP-2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar