Buletinnusa
Oleh : Polikarpus Yogi
OPINI -- Pada hari ini hari Jumat, 19 Oktober 2018 saya kembali menuliskan sebuah pandangan saya terkait judul tersebut. Saya dahulukan bahwa orang asli Papua barat yang beragam suku, budaya dan bahasa ini telah menghuni di satu pulau bagian barat dari negara Papua New Guinea yang dikelilingi oleh beberapa pulau di sekitarnya, itu mulai sejak akhir periode es (age of ice or grascier’s era) sekitar 600.000 tahun yang lalu, ketika itu pulau Papua sedaratan dengan benua Australia.
Oleh itu, sehingga nasionalisme Papua itu telah bertumbuh dalam diri orang asli Papua sendiri mulai dari nenek moyang tanpa diberikan pandangan secara utuh oleh pihak asing dalam sejarah hidup bangsa Papua. Nasionalisme Papua juga telah ada dan sudah dikembangkan oleh orang Papua sendiri mulai dari zaman prasejarah, sejarah dan lahirnya. Sejarah politik sampai pada saat ini serta nanti sampai melihat cahaya harapan mereka.
Sepanjang hidup bangsa Papua juga telah dilindungi oleh sang khalik dengan cara dan gaya hidup orang asli Papua sendiri, melalui kepercayaan-kepercayaan, seni suara, bahasa, serta segala kreativitas mereka dalam hidup.
Satu kebanggaan orang asli Papua dalam sepanjang hidup mereka, mulai dari nenek moyang mereka adalah pintar berkebun (bertani), pintar meramu makanan, pintar buat rumah secara adat, pintar berburu, pintar menangkap ikan, pintar buat perahu, dan pintar mencari strategi perdamaian antara sesama suku.
(Lihat ini: Dunia ini Tak Bershabat!)
Orang asli bangsa Papua adalah sebenarnya bangsa yang sudah punya nasionalisme sebelum orang eropa menguasai di kawasan Pasifik Selatan. Orang asli bangsa Papua punya kepercayaan keagamaan secara budaya hidup mereka, yang dinamakan Mesianis suku-suku bangsa di sekitar kepulauan melanesia, terutama orang asli Papua. Kita bisa tahu Mesianis suku yang sering menjadi 3x diskusi bagus dalam kalangan teolog dan kaum terpelajar yang sudah paham adalah cerita terkait kehidupan monarmakeri (suku banyak), kuripasai (suku-suku di teluk cendrawasih), “koyeidaba, poyamee, monikamee (suku mee)”, kepercayaan seperti itu yang sering disebut Cargo cult religion of melanesia artinya agama budaya di Melanesia.
Oleh sebab itu, pada kesempatan ini saya menulis sedikit terkait judul tersebut, yaitu “Nasionalisme Papua Dalam Mesianisme Melanesia”, biar melalui itu kedepannya, generasi mudah Papua ini perlu membangun sebuah solidaritas bergaya Melanesia dalam kehidupan yang bertujuan untuk memperkuat moralitas dan sipritualitas dalam perjuangan menuju ke harapan masa depan bangsa Papua menjadi negara sendiri bersama bintang harapan di atas pedoman budaya kita dan agama orang Melanesia di Papua Barat.
Penulis Adalah Mahasiswa Papua Yang Kuliah Di Jayapura Di Kampus Unyap/Yapis
Copyright ©JELATANews "sumber"
Hubungi kami di E-Mail: tabloid.wani@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar