"Kalo seya menghitung keburukan Indonesia, mungkin Jepang lebih baik, Vietnam lebih baik, Jerman dibawah kepemimpinan Hitler juga lebih baik. Sewaktu belanda jajah kami (Papua), tidak pernah satu orang Papua pun ditembak di muka umum. Ini (Indonesia) bangsa jahat," kata Theys H. Eluay.
"Indonesia menembaki kami ... membunuh kami ... memotong kami. Banyak orang Papua menjadi korban," kata Mathias Wenda, pemimpin gerakan pemberontak Papua Merdeka.Papua adalah provinsi paling timur Indonesia, yang dimasukkan secara paksa (aneksasi) pada tahun 1963. Faksi-faksi moderat dari gerakan kemerdekaan Papua menjauhkan diri dari taktik gerilya Wenda, tetapi semua berbagi keinginannya untuk berubah dan memisahkan diri dari Indonesia.
"Kami berbeda dengan orang Indonesia - kami memiliki rambut dan warna kulit yang berbeda. Kami Melanesia", kata Theys, yang juga sering disebut 'Pemimpin Besar' gerakan kemerdekaan era 2000.Indonesia telah memberikan beberapa konsesi (izin) sejak jatuhnya Soeharto dua tahun sebelum perubahan nama Irian Jaya menjadi Papua. Konsesi diantaranya hak untuk orang Papua menaikkan bendera bintang kejora dan menyanyikan lagu kebangsaan Papua (Hai Tanahku Papua" - tetapi orang Papua belum ditenangkan.
Salah satu tambang emas dan tembaga terkaya di dunia, Papua terikat dengan kekayaan yang diikat Indonesia.
Perusahaan pertambangan Freeport menghasilkan miliaran dolar bagi para pemegang saham Amerika dan merupakan pembayar pajak terbesar di Indonesia.
Kepentingan yang kuat dipertaruhkan dan Presiden Wahid (GusDur) mengancam untuk mengakhiri 'kompromi' dengan kaum nasionalis dengan kekerasan.
Mungkinkah Papua menjadi hotspot etnis berikutnya di kawasan ini? | Baca ini: LAPORAN AWAL PENCULIKAN DAN PEMBUNUHAN TERHADAP THEYS HIYO ELUAY TERENCANA DAN BERMOTIF POLITIK
________________
....Teruslah berjuang kawanku. Kita harus Bertekad untuk Menang, karena Benar.
#LetWestPapuaVote
#InternationallySupervisedVoteForWestPapua
#ReferendumForWestPapua
Posted by: Admin
Copyright ©The Journeyman TV "sumber"
Hubungi kami di E-Mail: tabloid.wani@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar