Timika -- Gereja Kemah Injil (KINGMI) di Tanah Papua, departemen Keadilan dan Perdamaian koordinator Puncak Selatan menolak Wilayah Pelayanan Gereja Kemah Injil koordintor Nduga sebagai daerah operasi militer antara TNI/Polri dan TPN-PB/OPM.
Peryataan Penolak ini dikeluarkan oleh Departemen Keadilan dan Perdamaian Gereja KINGMI Koordinator Puncak Selatan melalui Konferensi Pers pada hari Sabtu, 22 Desember 2018 di Halaman Gereja KINGMI Jemaat Bahtra Kwamki Baru, Depan POLSEK Mimika Baru.
Dalam konferensi itu juga, Gereja miminta kepada pihak-pihak yang berkaitan antara lain; PBB, Belanda, Indonesia, ULMWP, TNI/POLRI, TPNPB/OPM untuk segera duduk saling memaafkan satu dengan lain dan mencari solusi untuk penyelesaian pelurusan sejarah bangsa Papua.
(Baca Ini: ULMWP : TPN-PB dan Aparat Keamanan Indonesia Tak Boleh Korbankan Warga Sipi)
(Baca Ini: ULMWP : TPN-PB dan Aparat Keamanan Indonesia Tak Boleh Korbankan Warga Sipi)
Selanjutnya pada Konfrensi pers tersebut Departemen Keadilan dan Perdamaian Gereja KINGMI menyampaikan Pernyataan Penolakannya yang ditulis melalui rilis persnya sebagai berikut:
Menimbang:
Menimbang:
- Bahwa Operasi militer ialah sebuah aksi perencanaan dan pengaturan angkatan militer. Operasi militer sering melibatkan operasi udara, operasi darat, dan operasi laut;
- Bahwa tanggal 1 Desember 2018 Tentara Pasukan Nasional Papua Barat (TPNPB) Organisasi Papua Merdeka (OPM) melaksanakan Upacara Penyibaran Bendera Bintang Fajar;
- Bahwa tanggal 2 Desember 2018 Tentara Pasukan Nasional Papua Barat (TPNPB) menembak mati 16 Orang karyawan PT Istaka Karya;
- Bahwa 3-4 Desember 2018, aparat TNI dan Polisi mengalami kendala evakuasi korban akibat TPNPB memblokade jalan. Dan selama dua hari itu TPNPB menguasai tempat kejadian penyerangan dan menduduki wilayah itu. TNI dan Polisi mencoba evakuasi korban jalur darat tidak dapat terjadi. Kemudian pada tanggal 5 TNI Polri berhasil terobos jalan yang diblokade dan menuju tempat kejadian.
- Bahwa 5-7 Desember 2018, Gabungan TNI Polri berhasil evakuasi 16 mayat yang telah korban penembakan.
- Bahwa Serangan lewat udara dilakukan menggunakan helicopter di Distrik Yigi, Distrik Yal, Distrik Nirkuri dan Distrik Mbua 6 warga sipil penduduk pribumi dikabarkan terkena, 2 diantaranya tewas termasuk anggota Majelis Gereja KINGMI Jemaat Imanuel Mbua atas nama Yulianus Tabuni dan tewas dan lainnya mengalami luka-luka kritis.
- Bahwa Distrik Yigi, Distrik Yal, Distrik Nirkuri dan Distrik Mbua adalah basis pelayanan Gereja Kemah Injil (KINGMI) di Tanah Papua yang mempunyai 34 Gereja KINGMI Koordinator Nduga.
- Bahwa masyarakat/Jemaat ke-34 Gereja KINGMI masih bersembunyi dihutan-hutan sampai hari ini.
- Bahwa kemungkinan besar ke-34 Gereja KINGMI tidak akan merayakan natal di gereja karena TNI/POLRI dan TPNPB/OPM sedang melancarkan penyisiran di Wilayah itu dijadikan sebagai Daerah Operasi Militer antara TPNPB/OPM dan TNI/POLRI.
Mengingat:
- Landasan Alkitab
- Allah melarang kita. Supaya jangan kita saling membunuh. (Keluaran, 20:13). Kalau kita saling membunuh diantara kita, maka Allah menghukum kita kedalam lautan api (Wahyu, 21:8)
- Yesus Kristus melarang kita supaya jangan saling membunuh (Matius, 19:18). Karena dosa Pembunuhan ini Dia merelakan diri-Nya mati di kayu salib (1Petrus, 2:24). Jika kita giat membunuh sesama kita, kita menghina kematian-Nya. Kita meremehkan kasih-Nya kepada kita. Jika kita tidak bertobat, maka Dia akan membunuh kita dalam lautan api yang kekal (2Korintus, 5:10; Wahyu, 20:15)
- Pembunuhan adalah suatu kebencian kita terhadap sesama kita (1Yohanes, 3:15). Membenci berarti membunuh. Allah melarang kita supaya tidak membenci orang lain. Kita patut mengasihi orang lain sama seperti diri kita sendiri.
- Iblis ialah bapak pembunuh manusia dari sejak semula (Yohanes, 8:44), maka waktu Yesus datang kedua kali para malaekat Tuhan mengikat Iblis dengan semua pengikut pembunuh manusia di lemparkan kedalam siksaan yang kekal dalam lautan api (Wahyu, 21:8).
Mencatat: Sejarah kekerasan di Tanah Papua Barat sudah dicatat:
- Sejak dikumandangkan TRIKORA (Tiga Komando Rakyat) oleh Presiden Suharto pada tanggal 19 Desember 1961 adalah awal dijadikan Papua sebagai Daerah Operasi Militer.
- Operasi Sadar, dimulai tahun 1965 dan berakhir setelah dua tahun banyak yang korban saat itu;
- Operasi Barathayuda, dimulai tahun 1967. Melalui operasi ini dikabarkan 3.500 orang Papua meninggal;
- Operasi Wibawa (Operasi Otoritas), tahun 1969. Elieser Bonay, gubernur pertama Provinsi Papua, menyebutkan sekitar 30.000 masyarakat Papua mengalami pembunuhan oleh militer Indonesia antara tahun 1963 dan 1969.
- operasi militer pada tahun 1977, sasaran utamanya di Jayawijaya. Dalam operasi itu sekitar 12. 397 masyarakat Papua dibunuh;
- Operasi Sapu Bersih I dan II, diawali tahun 1981. Dalam operasi ini sedikitnya 1.000 orang di Kabupaten Jayapura dan 2.500 di Kabupaten Paniai telah terbunuh;
- pada tahun 1982 militer Indonesia mulai meluncurkan Operasi Galang I dan II. Dalam operasi ini sedikitnya ribuan masyarakat Papua telah terbunuh;
- Operasi Militer Tumpas. Yang dimulai tahun 1983 dan 1984 banyak jiwa yang jatuh korban;
- Operasi Mapenduma. Operasi ini dilakukan tahun 1996. Sedikitnya 35 orang ditembak mati, 14 perempuan diperkosa, 13 gereja dimusnahkan dan 166 rumah dibakar. Ketika itu 123 masyarakat sipil meninggal dunia karena sakit dan kelaparan di hutan.
- operasi militer yang diselenggarakan pada tahun 2001 di Kabupaten Manokwari. Dalam operasi ini 4 orang terbunuh, 6 lainnya mengalami penyiksaan, 1 perempuan diperkosa, dan 5 orang tidak ditemukan;
- operasi militer yang diluncurkan antara bulan April dan November 2003 di Wamena, Jayawijaya dan sekitarnya. Ditutup dengan lingkaran penjagaan di seluruh wilayah. Akses kelompok kerja gereja dan pekerja HAM ditolak selama operasi. Dalam operasi itu 9 orang terbunuh, 38 orang mengalami penyiksaan dan 15 lainnya ditahan secara sewenang-wenang. Ribuan masyarakat dari 25 kampung mengalami pengungsian, disertai kematian sekitar 42 orang yang mengungsi. Aparat militer juga membakar rumah, gedung gereja, sekolah dan pos kesehatan seluruh kampung itu;
- operasi militer yang diselenggarakan di Kabupaten Puncak Jaya pada tahun 2004. Sedikitnya 6.000 orang Papua dari 27 kampung sekitarnya mengungsi di hutan, sekitar 35 orang (termasuk 13 lainnya anak-anak) meninggal di kamp dimana mereka mengungsi. Seluruh wilayah itu dikuasai pasukan militer dan melarang serta membatasi kelompok kerja kemanusiaan.
- Tim Gabungan Militer Indonesia demi kepentingan PT. Freeport Indonesia menembak mati Kelly Kwalik pada 16 Desember 2009;
- POLDA Papua menembak mati Mako Tabuni Ketua I KNPB Pusat di Jayapura ada tanggal 16 Juni 2012.
- Tim Gabungan Militer Indonesia juga menembak mati Hubertus Mabel Ketua Keamanan KNPB Pusat di Wamena pada tanggal 16 Desember 2014
- Militer Republik Indonesia juga membunuh dan memasukan jenazahnya Ketua KNPB Sorong Martinus Yohame dan di buang di dalam laut pada tanggal 20 Agustus 2014.
- Aparat Militer juga menembak mati para pelajar Paniai pada tanggal 8 Desember 2014 1. Simon Degei berusia 18 tahun. 2. Otianus Gobai. Ia berusia 18 tahun. 3. Alfius Youw berusia 17 tahun
Mengampuni: Atas nama seluruh umat Tuhan ditanah Papua kami melepaskan pengampunan kepada:
- Kepada Negara Belanda yang mendeklarasikan 1 Desember 1961 sebagai hari Papua Merdeka dan tidak mengurus secara baik sehingga banyak orang Papua jatuh korban dari zaman ke zaman.
- Kepada Negara Amerika Serikat yang memainkan Politik Ekonomi demi kepentingan PT. Freeport sehingga banyak orang Papua jatuh korban dari zaman ke zaman.
- Kepada PBB hokum Internasional dalam PEPERA 1969 di Papua sehingga orang Papua dari zaman ke zaman jatuh korban.
Menuntut:
- Kepada PBB, Belanda, Indonesia, ULMWP, TNI/POLRI, TPNPB/OPM segera duduk saling memaafkan satu dengan lain, mencari solusi untuk penyelesaian pelurusan sejarah bangsa Papua.
- Kepada Bapak Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) Presiden Republik Indonesia Yoko Widodo agar segera menarik seluruh pasukan non organic maupun organic dari Nduga dan seluruh Tanah Papua.
MENOLAK
Kedua; BAHWA SEGERA MENARIK SELURUH PASUKAN NON ORGANIC MAUPUN ORGANIC DARI NDUGA DAN SELURUH TANAH PAPUA.
Ketiga; BAHWA SURAT PENOLAKAN PENGDOROPAN MILITER ORGANIK DARI NDUGA DAN SELURUH TANAH PAPUA UNTUK DI MENJAGA UMAT TUHAN DARI PEMBANTAIAN.
Peryataan Penolak ini dilakukan bersama dengan Pimpinan Gereja KINGMI Papua dan ditandatangami oleh Departemen Keadilan dan Perdamaian Koordinator puncak selatan Pdt. Deserius adii, S.Th.
Baca juga terkait lainnya:
- Neles Tebay : Perlu Gencatan Senjata Antara TNI-POLRI dan TPN
- Simion Surabut: Perundingan Bagi West Papua atau Indonesia?
Copyright ©Tabloid WANI | Gereja KINGMI Papua "sumber"
Hubungi kami di E-Mail 📧: tabloid.wani@gmail.com
Hubungi kami di E-Mail 📧: tabloid.wani@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar