Buletinnusa
NUMBAY- Untuk mengetahui dimana keberadaan dua orang aktivis Komite Aksi ULMWP wilayah Kabupaten Kepulauan Yapen. Seorang nelayan dari kampung Karawi Yapen Utara dibawah di pasar TIPTOP, Kota Biak oleh beberapa anggota militer Indonesia untuk di introgasi.
Menurut, rekaman pembicaraan (wawancara) yang kami terima via WA dari Edison Kendy, penanggungjawab perjuangan politik Papua Barat merdeka wilayah II Saireri dengan korban yang sudah pulang dari Biak ke kampungya.
Dalam rekaman tersebut. Korban yang ketika menjelaskan lagi dalam pendampingan non hukum dari Herman Erari, Aktivis pro HAM dan Demokrasi yang mengujungi korban di rumahnya menjelaskan. Bahwa kejadian tersebut terjadi pada (Kamis/30 Mey/2019), kemarin.
Kejadian Tersebut Terjadi Ketika Simen Moman (52) lagi menikmati kopi pada pukul 08:35 WP, di salah satu warung milik seorang tengkulak ikan. Sambil menunggu ikannya yang dibawah dari kampungnya (kampung Karawi) di Distrik Yapen Utara-Kabupaten Biak dijual didalam pasar pelelangan ikan. Pasar TIPTOP Kota Biak.
Tiba-tiba beberapa anggota militer berpakaian loreng mendatanginya. Lalu membawahnya menuju mobil patroli yang mereka gunakan.
Setelah sampai di mobil yang mereka parkir beberapa meter dari tempat dimana Simen Woman menikmati kopi. Simen diperintahkan naik duduk dibagian depan bersama tiga orang anggota yang juga berpakian loreng lengkap. Termaksud dravir.
Simen tidak tahu nama dan tempat dimana dia dibawah karena simen adalah masyarakat dari Kabupaten Kepulauan Yapen yang menyebrangi laut ke Biak yang berbeda administrasi pemerintahan dengan pemerintahan Kota Biak, guna berdagan ikannya ke pasar TIPTOP.
Tapi, menurut penuturannya dalam rekaman. Bahwa dia dibawah ke kantor TNI karena anggota yang mengintrogasinya berpakaian loreng dan yang mebawahnya itu pun berpakaian loreng, lengkap dengan senjata laras panjang. Simen menjelaskan juga bawah wilayah tersebut banyak rimbunan pohon seperti hutan-hutan.
Simen diintrogasi oleh beberapa orang yang berbeda, namun dengan pertanyaan yang sama. Diantara pertanyaan adalah; apakah dia mengenal aktivis komite aksi ULMWP bernama Victoria Moman dan adiknya atau tidak. Apa kah ada aktivitas politik Papua merdeka dari ULMWP di kampungnya atau tidak.
Jawab Simen Woman adalah dirinya tidak tahu siapa itu Victoria Moman dan adiknya. Karena rumahnya jauh dari pemukiman kampung dan hari-harinya dihabiskan dilautan sebagai nelayan dari usia remaja hingga sekarang usianya 52 tahu.
Dan dia bersyukur sebab dari usahanya sebagai nelayan, tapi ke empat anaknya bisa menyelesaikan sekolah menengah atas. Keempatnya kini menjadi ASN sehingga dirinya tidak ingin menuntut negara dengan berbagai macam tuntutan. Apa lagi Papua merdeka.
Dirinya pun tidak pernah terlibat dengan aktivitas politik Papua merdeka. Sehingga jika ada pun dia tidak tahu.
Setelah itu, dirinya dilepaskan. Namun untuk mengantarnya keluar dari tempat dimana dia diinterogasi. Matanya ditutup menggunakan kain hitam agar tidak dapat melihat apa-apa.
Kain hitam yang mengikat matanya dilepas dan dia diturunkan tepat di ujung Bandara Frans Kaisepo Biak.
Dalam perjalanan, Simen di ingatkan agar peristiwa ini tidak diungkapkan kepada siapapun. Jika dia mengungkapkannya maka dirinya akan diculik dan dibunuh.
Kejadian tersebut. Hari ini (Senin/03 Juni/2019) baru dapat kami beritakan. Karena kami pun baru mendapatkan 3 kiriman rekaman via WA dari nomor 082196303367, Milik Edison Kendy, penanggungjawab politik perjuangan Papua Barat merdeka di wilayah II Saireri. (rw)
Posted by: Media Sonamappa
Copyright © - "sumber"
Hubungi kami di E-Mail ✉: tabloid.wani@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar