Kamis, 11 Oktober 2018

KNPB Tuding Konflik di Pegunungan Papua untuk Legitimasi Klaim Indonesia di PBB

Buletinnusa
Agust Kossay saat memimpin demontrasi di Abepura, Kota Jayapura tahun 2016 - Foto: Mawel.
Jayapura -- Komite Nasional Papua Barat (KNPB) menuding Jakarta berada di balik konflik antar warga di sejumlah kabupaten di pegunungan Papua belakangan ini.

“Kami duga ini skenario yang diciptakan oleh Jakarta,” tegas Agus Kossay, Ketua I KNPB Pusat kepada Jubi di Abepura, Kota Jayapura, Papua, Rabu (9/10/2018)

Kata dia, skenario itu tampak dalam rentetan kekerasan yang terjadi. Setelah konflik antar warga Liwarek dan Yalengga kabupaten Jayawijaya 2 Oktober 2018, tidak lama kemudian terjadi konflik antar warga di Oksibil, ibu Kota Kabupaten Pegunungan Bintang. Selang beberapa hari saja, konflik antar warga meletus lagi di Yahukimo dan Tolikara. Beberapa orang meninggal dan terluka dalam rentetan konflik ini. Rumah-Rumah warga dibakar dalam konflik.

(Baca ini: Bentrok Antar Warga Kembali Terjadi Di Tolikara)

Lanjut Kossay, Indonesia mendorong skenario ini demi membenarkan klaimnya di sesi ke 73 sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada akhir September lalu.

"Indonesia klaim tidak ada perang negara, yang ada perang suku," tegasnya.

Kata dia, rakyat Papua yang tidak ikuti logika politik ini, telah terjebak dalam setingan. Rakyat turut bekerja membenarkan klaim Indonesia.

Karena itu, dia mengajak rakyat Papua tidak terjebak dalam settingan kepentingan. Rakyat tidak meminta izin ke pihak aparat keamanan untuk perang.

"Rakyat minta waktu perang, aparat kasih ini aneh. Ini situasi aneh tetapi rakyat harus mengerti karena ini setingan dan mereka dapat anggaran pengamanan, " tegasnya.

Kata dia, daripada terjebak, rakyat sebaiknya meninggalkan semua itu, fokus untuk membangun Papua. Papua yang bebas dari penjajahan dan pembunuhan atas nama perang suku.

"Mari kita konsentrasi menentukan nasib sendiri," ujarnya.

Ketua Dewan adat Papua, Dominikus Surabut, memberikan komentar senada. Konflik antar warga yang terjadi, namun disebut perang suku.

"Saya cek-cek ada kepentingan politik. Tidak ada yang murni," ungkapnya.

Karena itu, ia berharap masyarakat tidak terpancing

"Bangun damai di Papua. Jangan lumuri Papua dengan darah," tegasnya. (*)

Baca juga:
  1. Kapolres: Tujuh Anggota KNPB Timika Dikenakan Ancaman Pidana Maksimal
  2. TNI dan Polri Kembali Tembak Dua Aktivis KNPB di Timika

Copyright ©Tabloid JUBI "sumber"
Hubungi kami di E-Mail: tabloid.wani@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar