Ruas Jalan Trans Papua di Kabupaten Nduga. |
"Ada ibadah yang melibatkan masyarakat, pemerintah dan satu orang yang diduga anggota TNI," ungkap Pendeta Giay meneruskan laporan jemaat gereja Kingmi di Nduga kepada Jubi, Rabu (5/12/2018).
(Baca ini: Benny Wenda: Berita Pembunuhan di Nduga adalah Propaganda Indonesia)
Warga masyarakat yang ikut kegiatan ibadah itu merasa tidak nyaman karena orang tersebut memotret kegiatan mereka.
"Masyarakat takut. Mereka minta dia hapus tapi orang itu tidak mau," lanjut pimpinan gereja yang umatnya sangat dominan di Kabupaten Nduga.
Lalu, orang tersebut meninggalkan tempat kegiatan ibadah menuju pos TNI. Usaha masyarakat untuk menghapus foto tidak berhasil.
(Baca ini: 1 Desember, ULMWP Serukan Doa Nasional di Seluruh West Papua)
Peristiwa dalam ibadah 1 Desember itu berlanjut pada 2 Desember 2018. Masyarakat datang meminta agar foto mereka dihapus. Lalu terjadi tembak menembak dekat pos tentara sehingga korban berjatuhan mencapai puluhan orang.
"Kejadian itu lanjutannya," ungkap dia.
Pendeta Giay menambahkan polemik tentang korban yang tewas adalah warga sipil atau militer bisa merujuk pada kebijakan Presiden Jokowi pada tahun 2016 saat berkunjung ke Wamena.
“Intinya Presiden Joko Widodo kasih kepercayaan kepada TNI bangun jalan itu pada 2016 saat berkunjung ke Wamena," ungkapnya.
Tidak lama, usai pelimpahan kewenangan itu, Januari 2017, sayap militer organisasi Papua merdeka yang beroperasi wilayah itu menolak Pembangunan jalan disertai ancaman perang.
(Baca ini: ULMWP Mengutuk Penangkapan yang Dilakukan oleh Pemerintah Indonesia Selama Peringatan Hari Nasional West Papua 1 Desember Secara Damai)
Karena itu, menurut Pendeta Giay, tidak salah jika warga mencurigai para pekerja jalan itu sebagai anggota TNI. Warga paham bahwa bukan warga sipil sembarangan yang menjadi karyawan di wilayah yang jelas ancaman keamanannya itu.
Terpisah, Sekretaris Perusahaan PT. Istaka Karya Yudi Kristanto memastikan bahwa karyawan perusahaan yang bertugas membangun jembatan di Kabupaten Nduga, Papua tersebut berjumlah 28 orang. 28 orang pekerja tersebut merupakan pekerja lapangan dan bertanggung jawab atas pembangunan jembatan Kali Yigi-Kali Aworak.
Ia juga memastikan jika selama ini tidak pernah ada masalah dalam pembangunan jembatan di Kali Yigi dan Kali Aworak.
“Sampai saat ini belum diketahui identitas karyawan yang telah menjadi korban. Saat ini PT Istaka Karya menyerahkan sepenuhnya kepada pihak aparat keamanan,” kata Yudi. (*)
(Simak ini: ULMWP: Lainnya Pembantaian Membayangi Ketika Militer Indonesia Memilih Warga Desa Sebagai Target Utama Operasi Hukumannya di wilayah Nduga, West Papua)
Copyright ©Tabloid JUBI "sumber"
Hubungi kami di E-Mail 📧: tabloid.wani@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar