Hai mak, siapa yang masih bingung bagaimana untuk memulai toilet training si kecil? Toss dulu sini!
Emang ya, dilemanya banyak, dramanya juga banyak, apalagi mamak siap-siap siaga dam waspada siapa tau dorongan hasrat ingin pipis si kecil keluar tanpa aba-aba.
Cerita dikit nih...
Dulu, waktu mulai toilet training-nya Airlangga itu diusia yang menurutku udah cukup paham dan ngerti kapan dia ngerasain pengen pipis. Cuma karena waktu mulai toilet training mamaknya lagi hamil adiknya, jadi ke-pending sampai Queen lahir. Jadinya, baru bisa mulai fokus toilet training setelah Airlangga berusia lebih dari 3 tahun.
Karena ga mau ngulang kesalahan yang sama, untuk anak kedua ini mamak mulai sedini mungkin. Sebelum Queen lulus ASIX, dia harus sudah bisa lepas diapers dan pipis di kamar mandi. Untungnya untuk pup dari Queen (dan juga dulu Airlangga) sejak mereka bisa duduk (punggung dan leher kuat menopang tubuhnya) sudah dibiasakan pup di toilet. Lumayan, sebelum setahun mereka sudah bisa pup di toilet, malah kadang kalau lagi di luar rumah terus mereka pengen pup, suka nangis karena ga nyaman pup di diapers. Jadi PR-nya hanya toilet training untuk buang air kecil.
Let's check it out, just share pengalaman mamak menghadapi toilet training Airlangga dan Queen.
1. Siapkan Mental
Mental siapa, mak? Ya anak juga mamaknya lah. Terutama mamaknya sih... Karena pasti bakal banyak menguras tenaga, emosi jiwa dan raga. Mamak harus siap kebangun tengah malam untuk ajak anak ke toilet, harus siap siaga 1 pas siang hari tiba-tiba menemukan genangan air, harus siap nanya sesering mungkin untuk memastikan anak mau pipis atau ngga, dan tentunya harus siap cuci baju, celana, bahkan seprai yang kena ompol. Are you ready, mak?
2. Harus Konsisten
Yup. Konsisten. Jangan setengah-setengah ngejalanin proses toilet training ini. Pertamanya pasti bakal sulit, tergoda buat pakai diapers lagi saking kesalnya bau pesing dimana-mana. But, enjoy the prossess ya, mak. Sehari dua hari sukses lepas diapers, pas sekalinya mamak lagi malas dan ada acara yang harus keluar rumah, terpaksa pakai diapers. Begitu anak mau pipis, kita bilang "pipis disini aja kan pakai diapers." Salah besar, mak! Jangan gitu, ya. Soalnya besoknya pasti dia bakalan pipis di celana karena kemarin 'diizinkan' pipis di diapers. So, konsisten, please. Kalau pun harus pakai diapers, tetap di-sounding untuk ajak pipis di toilet, ditanya berkali-kali, contohnya "Adik mau pipis? Yuk, ke toilet." Jadi, bisa jadi diapers hanya solusi untuk rumah ga kena serangan banjir pesing.
3. Sering Bertanya
Pasti capek banget sih, tiap menit nanya mau pipis ga? Si anak pun ada rasa bosennya ditanya begitu. Aku pun dulu begitu, pertama lepas diapers setiap lima menit sekali anak ditanya "mau pipis ga?" kalau dia ga jawab atau belum bisa jelas bicara, langsung angkut ke toilet aja, mak. Lalu 'ajak' dia untuk bilang "pipis-pipis" hihihi ampuh sih untuk kedua anakku, keduanya langsung werrr... Pipis. Durasi nanya atau ngajaknya bisa per 5 menit, 10 menit atau 30 menit. Tergantung mamak. Kadang kita kelupaan, berjam-jam gak nanya atau ngajak ke toilet, begitu nyampe depan toilet, keburu ngompol. Basah deh, kesetnya. Tapi lama-lama karena terbiasa jadi malah minta sendiri, misal kita lagi sibuk masak, tiba-tiba disamperin anak sambil bilang "pis" atau nunjuk ke toilet, please langsung angkut, mak! Biar ga ada korban ompol selanjutnya hahaha.
4. Pintar Baca Kode
Kadang insting jadi ibu lebih kenceng dibanding sebelum punya anak. True? Untuk masalah toilet training pun demikian, kita harus pintar baca kode-kode dari anak, jangan bisanya kode-in ayahnya anak-anak aja kalau mamak butuh piknik #eh. Si anak mulai diam di tempat, keringat dingin bermunculan, pegangan atau mepet tembok, gak lama ngeden, udaaah... Cusss bawa ke toilet. Itu tandanya mau pup. Kalau mau pipis? Anak-anakku kalau mau pipis malah gamau diam, goyang-goyang gutak gitek kalau bahasa sundanya, cusss bukain celana, masuk toilet, pipis deeeh... Emang harus lebih peka, mak. Percaya deh, insting ibu ga pernah salah, termasuk bisa membaca kode soal dunia pertoiletan :")
5. Siapin Stok Sabar
Jangan marah kalau udah seminggu sukses toilet training tapi tiba-tiba si kecil ngompol di karpet, namanya juga training, mak. Tetap apresiasi usaha mereka. Tetap sounding juga, sambil sikat dan jemur karpet, ajak anak ikutan bersihin sisa ompolnya mereka,sambil bilang "nanti kalau mau pipis, bilang ya, pipisnya biar di toilet, kalau di karpet kayak gini kan harus dibersihin karpetnya, dijemur biar kering terus bisa dipake lagi." kalau aku, untuk mengurangi cuci seprai atau karpet di rumah biar ga kena ompol, selalu sedia karpet plastik atau karet, jadi gampang di lap, kasih air dan jemur, cepat kering. Kalau malam hari, sedia perlak atau alas ompol yang lebar, biarkan si anak eksplorasi wilayah kekuasaannya sendiri. Seenggaknya, pagi-pagi mamak ga capek cuci seprai dan jemur kasur.
Yes, begitulah yang bisa aku share tentang toilet training. Alhamdulillah prosesnya untuk kedua anakku cepat, malah yang kedua ini dia bisa lepas diapers di usia 20 bulan. Sebulan berjibaku dengan dunia ompol-ngepel-jemur begitu aja terus, akhirnya sekarang bisa rutin pipis di toilet. Yang jelas, mamak lebih hemat, karena stok diapers yang sebulan bisa lebih dari 200 ribu, sekarang cukup simpan stok isi 20 aja udah bisa sebulan ga habis-habis, ya karena dipakainya kalau keluar rumah dan ada keperluan mendesak aja.
Selamat mencoba toilet training untuk si kecil ya, mak. Semoga lancar dan sukses ❤️
Salam,
Mamaknya Airlangga dan Shaqueena
#mamayiyilyfe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar