Mama-mama pedagang pasar Papua di Nabire saat Natal bersama RPMMP – Foto: Titus Ruban. |
Mama Iyai mengajak rekan-rekannya agar berubah dan meninggalkan kebiasaan lama yang kurang bagus. Salah satunya kebiasaan sebelumnya saat bangun pagi tidak pernah berdoa. Mulai sekarang, saat bangun pagi dan melakukan aktivitas hingga malam hari harus berdoa dan mengucap syukur kepaada Tuhan karena Dia baik.
“Kebiasaan tidak berdoa harus diubah jadi berdoa. Bangun pagi, lakukan aktivitas, sebelum ke pasar dan dimana saja berada hingga malam hari, harus berdoa dan berterima kasih pada Tuhan,” ajaknya.
Juga menurutnya, sebagai mama-mama hendaknya menjadi mama yang baik di rumah, terhadap suami dan anak, sebab firman itu adalah kasih sebab Yesus telah diterima dalam kehidupan orang yang percaya.
“Mari kita tinggalkan hal lama yang kurang baik, mari berbuat hal baik yang belum pernah kita buat. Kalau sudah buat mari kita tingkatkan. Kita nyatakan bahwa ibu-ibu Papua bisa jadi baik, punya kasih yang besar, jangan berkelahi dengan suami, menelantarkan anak, tapi harus jaga kewibawaan kita,” harapnya.
Tokoh pemuda Nabire, Ulens Zonggonau, mengapresiasi perayaan Natal yang dilalukan RPMMP Nabire untuk mama-mama pasar. Menurutnya, hal tersebut sebelumnya belum pernah dilakukan. Dirinya mengajak para pemuda orang asli Papua yang ingin bergabung dalam tim relawan untuk mendekatkan diri dan melakukan hal baik untuk perubahan kepada mama-mama Papua.
“Juga saya mau ajak generasi muda Papua untuk menghilangkan kebiasaan miras, mabuk yang merugikan. Mari kita bersama melakukan hal yang positif dan berjuang agar mama-mama memiliki tempat yang layak untuk berjualan,” ucapnya.
Koordinator RPMMP Nabire, Yuliana Ruban-Yatipai, mengatakan Natal bersama mama-mama adalah salah satu agenda timnya dalam berbagi kasih.
“Kami ingin terus bersama mama-mama dalam satu kebersamaan, sehingga Natal bersama ini adalah bentuk suka cita kami bersama dalam menyambut kelahiran Yesus,” ujarnya.
Yuliana mengatakan tim RPMMP Nabire akan terus berjuang dan mengharapkan sebuat tempat yang layak bagi mereka untuk berjualan sebab sampai detik ini mama-mama masih berjualan di pinggir jalan, di atas trotoar, dan belum ada keberpihakan pemerintah kepada mama-mama Papua.
“Padahal mereka jualan untuk menghidupi keluarga, untuk sekolah anak sampai sarjana. Tapi mereka tetap jualan dengan beralaskan karung di atas tanah,” katanya. (*)
Copyright ©Tabloid JUBI "sumber"
Hubungi kami di E-Mail 📧: tabloid.wani@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar