Foto: Manasseh Sogavare. |
Lima negara anggota penuh MSG adalah Papua Nugini, Fiji, Kepulauan Solomon, Vanuatu dan Gerakan Kanaks FLNKS di Kaledonia Baru.
Kritik Tarcisius Kabutaulaka ini timbul menyusul perang mulut antara para pemimpin Fiji dan Kepulauan Solomon, mengenai masalah keanggotaan Indonesia. Perselisihan ini menunjukkan satu lagi pertentangan di dalam kelompok sub-regional itu.
Perselisihan terbaru ini dimulai dengan komentar dari Wakil Perdana Menteri Kepulauan Solomon, Manasseh Sogavare, yang menyatakan bahwa Fiji seharusnya tidak memaksa negara anggota MSG lainnya untuk menerima Indonesia.
Menteri Pertahanan Fiji, Ratu Inoke Kubuabola, sejak saat itu, telah membantah tuduhan tersebut dan mengungkapkan bahwa justru saat pertemuan puncak di Honiara pada 2015, yang mana Sogavare menjabat sebagai perdana menteri dan Ketua MSG, Indonesia memperoleh statusnya ini dengan resmi.
Kabutaulaka, yang merupakan seorang lektor kepala di University of Hawaii Center for Pacific Islands Studies, mengatakan sejak diberikan keanggotaan, Indonesia tidak segan-segan dalam mendorong agenda utamanya di MSG.
Secara khusus, katanya, Jakarta terus berupaya menekan United Liberation Movement for West Papua (ULMWP), yang sekarang memiliki status pengamat di MSG dan memperjuangkan kemerdekaan Papua dari Indonesia.
Kabutaulaka mengatakan meskipun Indonesia berargumen sebaliknya, mereka bukan negara Melanesia.
“Negara-negara anggota MSG seharusnya menolak keanggotaan Indonesia itu. Salah satu argumen di Indonesia adalah bahwa ia memiliki populasi Melanesia yang besar.” “Yang pertama, sebenarnya populasi Melanesia di Indonesia sangat kecil. Kedua, populasi Melanesia di Indonesia adalah populasi yang paling tertindas, dan seringkali tidak diwakili oleh Pemerintah Indonesia seperti yang disiratkan oleh Jakarta,” tegasnya.
...Baca ini: Blok Oposisi: Lebih baik MSG Ganti Nama Saja Menjadi Forum Ekonomi Melanesia (MEF)
Copyright ©Tabloid JUBI "sumber"
Hubungi kami di E-Mail: tabloid.wani@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar