Foto: Salah satu suku di Distrik Kwamki Narama yang terlibat perseteruan dengan suku lain. |
Pantauan iNews, perang suku itu terjadi sekitar pukul 16.00 WIT, Senin (19/2/2018). Dua suku itu terlibat saling serang di hutan dan di jalan raya. Aparat gabungan TNI-Polri yang tiba di lokasi kejadian berusaha melerai dan membubarkan bentrokan tersebut.
Aksi saling serang di awali oleh pihak keluarga korban yang merasa tidak puas dan masih menyimpan dendam, sehingga melakukan penyerangan terhadap kelompok yang dianggap sebagai pelaku pembunuhan. Tidak hanya melibatkan para pemuda, wanita dan anak-anak terlihat ikut dalam perang suku tersebut.
Semenatara itu, Kepolisian Resor (Polres) Mimika dan personel TNI yang bertugas di Distrik Kwamki Narama kecewa dengan Pemkab Mimika lantaran hingga saat ini tidak turun tangan untuk segera menyelesaikan persoalan tersebut.
“Tadi sempat terjadi ketegangan, namun berkat kesigapan petugas Polri dan TNI kondisi bentrokan bisa dikenalikan. Kami juga belum bisa memonitor jumlah korban atas kejadian tersebut,” kata Kapospol Distrik Kwamki Narama, Iptu Harikatan.
Dia mengaku sempat kewalahan untuk mengendalikan massa dua suku yang bertikai dan meminta Pemkab Mimika untuk ikut turun langsung ke lapangan mengatasi persoalan dua suku tersebut. “Kami minta Pemkab ikut terlibat memediasi persoalan dua suku yang sudah berlarut ini. Pemerintah harus hadir memberikan rasa aman dan kalau perlu memediasi perdamaian secara adat maupun secara hukum antar kedua suku yang berseteru,” ujarnya.
Akibat perang adat tersebut, para guru sekolah dasar (SD) yang tinggal di Distrik Kwamki Narama terpaksa dievakuasi oleh petugas TNI/Polri ke Kota Timika. Petugas hingga saat ini masih melakukan pengamanan untuk mengantisipasi adanya aksi perang susulan antarkelompok tersebut.
Copyright ©iNews "sumber"
Hubungi kami di E-Mail: tabloid.wani@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar