Senin, 19 Februari 2018

Angka Gizi Buruk Di MTB Turun

Buletinnusa
Saumlaki, Malukupost.com - Angka kasus gizi buruk atau gizi kurang di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) sejak tahun 2017 hingga kini menurun. "Gizi buruk masih ada tapi jumlah kasusnya sudah sangat kecil. Berbeda dengan data awal tahun 2008," kata Asisten II Sekretariat Daerah Kabupaten MTB, dr. Edwin Tomasoa di Saumlaki, Senin (19/2). Dia menyatakan, penyebab gizi buruk di wilayah itu lebih banyak dipengaruhi oleh penyakit dan kondisi tertentu seperti demam berdarah, dan kecacatan pada anak sejak lahir yang mempengaruhi pola makan. Sedangkan yang diakibatkan oleh faktor ekonomi keluarga sedikit sekali kasusnya.
Saumlaki, Malukupost.com - Angka kasus gizi buruk atau gizi kurang di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) sejak tahun 2017 hingga kini menurun.

"Gizi buruk masih ada tapi jumlah kasusnya sudah sangat kecil. Berbeda dengan data awal tahun 2008," kata Asisten II Sekretariat Daerah Kabupaten MTB, dr. Edwin Tomasoa di Saumlaki, Senin (19/2).

Dia menyatakan, penyebab gizi buruk di wilayah itu lebih banyak dipengaruhi oleh penyakit dan kondisi tertentu seperti demam berdarah, dan kecacatan pada anak sejak lahir yang mempengaruhi pola makan. Sedangkan yang diakibatkan oleh faktor ekonomi keluarga sedikit sekali kasusnya.

"Kalau bilang faktor ekonomi murni, mungkin tidak ada. Tetapi kekurangan perhatian dari orang tua ada, contohnya anak-anak yang menderita gizi buruk karena tidak diperiksakan ke Puskesmas, dan ada juga yang dibiarkan oleh orang tuanya untuk tinggal dan diurus oleh neneknya," kata Edwin, yang sebelumnya Kepala Dinas Kesehatan MTB.

Menurut dia, pada tahun 2017, jumlah penderita gizi buruk di wilayah itu 10 orang. Jumlah ini jauh berkurang bila dibandingkan pada 2008 yang mencapai lebih dari 40 orang.

Sesuai data, 10 orang penderita gizi buruk tersebut masing-masing dua orang dirawat di Puskesmas Romean, kecamatan Yaru, dua orang di Puskesmas Larat, kecamatan Tanimbar Utara, dua orang di Puskesmas Waturu, kecamatan Nirunmas, dan empat orang di Puskesmas Saumlaki, kecamatan Tanimbar Selatan.

"Laporan terakhir menyebutkan semuanya sudah sembuh," katanya.

Sementara untuk kasus angka gizi kurang, pada 2017 tercatat 304 anak balita.

Rinciannya, di Puskesmas Larat 103 balita, Puskesmas Romean 13 balita, Puskesmas Wunlah di kecamatan Wuarlabobar 52 balita, Puskesmas Adodo Molu di kecamatan Molu Maru 14 balita, Puskesmas Waturu 13 balita, Puskesmas Alusi Krawain di kecamatan Kormomolin 7 balita, Puskesmas Saumlaki 33 balita, Puskesmas Lorulun di kecamatan Wertamrian delapan balita, dan Puskesmas Seira di kecamatan Wermaktian lima balita.

Di kecamatan Selaru, terdapat tiga Puskesmas yang merawat penderita gizi kurang yakni Puskesmas Adaut sebanyak lima orang, Puskesmas Namtabung 38 balita, dan Puskesmas Lingat 13 balita.

Edwin menyatakan, sejumlah langkah telah dilakukan oleh pihaknya dengan meningkatkan kinerja para kepala Puskesmas selaku pemegang program gizi untuk bekerja ekstra dengan meningkatkan kewaspadaan dan terjun langsung ke setiap rumah penduduk untuk memeriksa, mengedukasi masyarakat untuk meningkatkan pola hidup Bersih dan sehat (PHBS), serta mengedukasi masyarakat tentang pola makan yang baik dan sehat.

"Seorang anak pada status gizi baik tidak mungkin langsung terjun menjadi gizi buruk. Pasti bertahap, dari baik menjadi kurang. Karena itu kewaspadaan harus ditingkatkan guna pencegahan dini," katanya.

"Intervensi (pencegahan) bisa melalui pemberian makanan tambahan bagi balita, atau mengajarkan orang tuanya tentang makanan sehat dan baik untuk anak, terutama asupan kalori atau energi dan protein. Dengan cara ini, kami berharap angka gizi buruk atau gizi kurang di MTB terus berkurang hingga nihil," katanya menambahkan. (MP-2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar