Selasa, 30 April 2019

Dewan Adat Mamta Tabi Minta OAP Jangan Lupa Sejarah 1 Mei

Buletinnusa
Ketua Dewan Adat Mamta Tabi, Zadrakh Taime.
Zadrakh : Tinggal Menunggu Pengakuan dari Indonesia atas Kemerdekaan Kami
Jayapura - 1 Mei merupakan hari bersejarah proses Aneksasi masyarakat Papua ke dalam NKRI. Untuk itu, masyarakat asli Papua diminta tidak melupakan sejarah 1 Mei tersebut. Hal itu ditegaskan, Ketua Dewan Adat Mamta-Tabi, Zadrakh Taime.

"Sejarah ini jangan dilupakan begitu saja, dengan adanya berbagai kegiatan yang sengaja diciptakan dan dikondisikan oleh pihak- pihak tertentu, sehingga sebagai orang asli Papua kita menjadi lupa dengan sejarah ini, " kata Zadrakh Taime kepada sejumlah wartawan di Jayapura, Sabtu (28/4/18).

Bahkan kata Zadrak, peristiwa 1 Mei merupakan peristiwa yang biasa dikenal dengan hari Pelangaran HAM yang pernah di lakukan Indonesia kepada masyarakat Papua, dan itu dilakukan sejak dahulu hingga saat ini.

"Apa bedanya dahulu dengan sekarang, sama saja kok. Kita orang Papua justru masih tertindas, dibantai, dibunuh. Jadi dimana itu makna kembali ke pangkuan NKRI, " ketusnya.

Namun sebagai ketua 7 wilayah adat Mamta - Tabi, Zadrakh mengakui, ia mempunyai tugas dan tangung jawab bagaimana menjaga nilai-nilai kultur sejarah dan budaya asli Papua.

Untuk itu, ia merasa perlu berbicara dan kembali mengigatkan masyarakat Papua akan sejarah ini.

Apalagi kata Zadrakh, di era modern seperti ini, lambat laun sejarah itu pun akan terkikis dan menghilang.

"Di saat ini kalaupun ditanya kepada masyarakat Papua apa itu 1 Mei, mereka pasti sudah lupa. Nah kami sebagai dewat adat harus mengambil alih dengan mengigatkan anak cucu kami soal sejarah ini, dimana sejarah 1 Mei sudah banyak versi yang tercipta. Ada versi aparat adapula versi Pemerintah, " bebernya.

Oleh karena itu, Zadrak berharap di peringatan 1 Mei tahun 2018 ini, masyatakat Papua harus bangkit dan melawan sistem pemerintahan Indonesia yang lambat laun mematikan karakter bahkan nyawa masyarakat Papua.

"Kita jangan tinggal diam, coba lihat Papua ini sudah sama seperti Jakarta karena di Papua tempat orang luar datang mencari pekerjaan, dan mencari makan sedangkan orang asli Papua tertinggal bahkan tertindas di tanahnya sendiri, " tandasnya.

Selain itu, Zadrakh pun meminta agar pemerintah tidak menutup mata bahkan berpura-pura tidak tahu dengan apa seruan masyarakat Papua selama ini.

Apalagi tegas Zadrakh, sejak lahirnya KRP III 2011 lalu telah diputuskan Papua sudah merdeka dan tidak ada lagi NKRI harga mati bagi masyarakat Papua.

"Kami tiggal menunggu pengakuan dari Indonesia atas kemerdekaan kami rakyat Papua, itu sudah jelas dan tidak ada tawar menawar bagi kami lagi, " tegasnya.

Masih di tempat yang sama, hal senada dikatakan, Ketua Solidaritas Perempuan Papua (SPP), Abina Wasangai, bahwa selama ini sejarah 1 Mei selalu di salah artikan, sehingga rakyat Papua menjadi bingung dan tidak mempunyai pendirian yang kuat.

"Ada yang mengatakan 1 Mei, Papua kembali ke NKRI tapi perlu diingat kembalinya Papua dengan cara apa dulu, itu yang harus dipahami dengan baik. Karena kembalinya Papua ke dalam NKRI itu semua dengan paksaan, siksaan ,dan perampasan hak hidup orang Papua, " ujar Abina Wasangai.

Ia pun meminta, agar rakyat Papua jangan mudah terkecoh dan terbuai dengan apa yang ditawarkan Indonesia, termasuk ada beberapa pejuang Papua yang mulai melupakan sejarah Papua bahkan menutup diri sebagai bentuk pembungkaman atas sejarah di atas tanahnya sendiri.

"Mana itu yang menamakan pejuang Papua. Kalau namanya pejuang Papua harus berjuang untuk rakyatnya, bukan untuk bangsa lain. Itu namanya sudah membelok dari OAP, " ujar Abina dengan nada kesal.

Untuk itu, ia juga meminta jangan lagi rakyat Papua dibodohi dengan sejarah 1 Mei versi aparat dan Indonesia. Ini sudah saatnya rakyat Papua tahu bahkan bangkit untuk mau melawan sistem kolonial yang semakin hari membodohi rakyat Papua.

"Jadi rakyat Papua marilah kita memperingati 1 Mei ini dengan tidak melupakan sejarah kita , " ajaknya.


Copyright ©Pasific Pos "sumber"
Hubungi kami di E-Mail ✉: tabloid.wani@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar