Senin, 18 November 2019

Ini Hasil Analisa Terjadinya Tanah Amblas di Pulau Nusalaut

Buletinnusa
Ambon, Malukupost.com - Camat Nusalaut, Chris Lailossa menyatakan berdasarkan analisa sementara dari penelitian Tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) Bandung, terjadinya tanah amblas (penurunan tanah) di Desa Sila, Pulau Nusalaut, Kabupaten Maluku Tengah, akibat tekstur tanah berupa batu kapur lapuk saat guncangan gempa tektonik.
Ambon, Malukupost.com - Camat Nusalaut, Chris Lailossa menyatakan berdasarkan analisa sementara dari penelitian Tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) Bandung, terjadinya tanah amblas (penurunan tanah) di Desa Sila, Pulau Nusalaut, Kabupaten Maluku Tengah, akibat tekstur tanah berupa batu kapur lapuk saat guncangan gempa tektonik.

"Analisa sementara itu berdasarkan penelitian Tim PVMBG Bandung di Sila pada 16 - 19 November 2019, di mana penyebab terjadinya tanah amblas secara resmi dan permanen akan disampaikan sepekan hingga dua pekan mendatang," kata Chris, dihubungi dari Ambon, Senin (18/11/2019).

Dia mengutip penjelasan Tim PVMBG Bandung yang menyatakan bahwa tekstur tanah berupa batu kapur lapuk sehingga guncangan gempa mengakibatkan terjadinya rongga-rongga.

"Jadi di Pulau Nusalaut tidak terdapat jalur patahan, makanya peristiwa ini di Maluku baru terjadi untuk kedua kalinya, menyusul di Desa Sila maupun Leinitu, Pulau Nusalaut, Kabupaten Maluku Tengah pada 16 Juni 2012," ujar Chris mengutip penjelasan TIM PVBMG Bandung.

Dia mengapresiasi penelitian Tim BVMBG Bandung yang sekaligus dimintakan kesediaan untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat Desa Sila dan tetangga pada Minggu (17/11) malam.

"Saya mengapresiasi kehadiran Tim PVMBG Bandung karena langsung memberikan sosialisasi dan berdialog dengan masyarakat soal tanah amblas sehingga bisa mengerti penyebab dan upaya-upaya yang harus dihindari," kata Chris.

Dia meminta hasil penelitian nantinya berupa rekomendasi tentang daerah atau lokasi terjadi tanah amblas, terutama di Desa Sila maupun Leinitu agar masyarakat tidak membangun sembarangan.

"Minimal rekomendasi soal daerah bahaya amblas agar masyarakat jangan beraktivitas di sekitar lokasinya untuk menghindari hal yang tidak diinginkan sejak dini," ucap Chris.

Tanah amblas bermula pada 4 November 2019, sekitar pukul 10.00 WIT hanya 75 CM. Pada 6 November 2019, kedalamannya antara 12-15 meter.

Selain itu, keretakan tanah selebar 25 meter dengan panjang 100 meter ke arah pantai.

Amblasan juga mengakibatkan tiga unit rumah warga Sila mengalami keretakan sehingga telah diimbau agar mengungsi untuk sementara.

Sebelumnya, Kades Leinitu Decky Tanasale mengatakan, berdasarkan hasil penelitian Staf PVMBG Bandung, Salwan Palgunadi memastikan terjadi amblasan di desa Leinitu dan Sila, pulau Nusalaut, Kabupaten Maluku Tengah pada 16 Juni 2012.

"Tanah amblas terjadi karena tekstur tanah berupa bebatuan koral sehingga bila terjadi gempa tektonik membentuk rongga-rongga," katanya mengutip penjelasan Salwan.

Tanah amblas yang ditinjau di Desa Leinitu dan Sila itu berdasarkan pengamatan mengakibatkan retak-retak yang melingkar.

Berdasarkan data yang dihimpun terjadinya tanah amblas di Desa Leinitu berukuran 2 X 3 meter akibat gempa mengguncang Pulau Nusalaut sejak 1 Juni 2012 dan guncangan kuat pada 16 Juni 2012.

Akibat guncangan pada 16 Juni 2012 tanah terbelah, tiga unit rumah warga mengalami retak-retak dan talud penahan ombak patah.

(MP-2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar