Minggu, 23 September 2018

Baru Kemarau Blora Diprediksi Sampai November

Buletinnusa -
Kepala BPBD Blora, Sri Rahayu terjun langsung ikut menyalurkan bantuan air bersih di Desa Jepangrejo, Jumat (21/9/2018). Pihaknya menyampaikan bahwa kemarau di Blora diprediksi sampai bulan November. (foto: dok-infoblora)
BLORA. Musim kemarau yang telah mengakibatkan kekeringan di ratusan desa se Kabupaten Blora ini nampaknya belum akan berakhir. Pasalnya musim kemarau di Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur ini diprediksi baru akan berakhir di bulan November.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Kabupaten Blora, Sri Rahayu, ketika ditemui saat menyalurkan bantuan air bersih di Desa Jepangrejo, Jumat siang (21/9/2018), mengatakan bahwa hujan diperkirakan baru akan turun pada pekan kedua bulan November di sebagian wilayah Blora.

“Berdasarkan data yang kami terima dari Stasiun Klimatologi BMKG Semarang, musim hujan di Jawa Tengah akan dimulai pada awal Oktober di Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara dan sekitarnya. Sedangkan Blora baru akan mulai hujan pada pertengahan November,” ucap Sri Rahayu.

Menurutnya di pekan kedua November itu, diperkirakan hujan mulai turun di wilayah Todanan, Japah, Jati, Kradenan dan sebagian Randublatung. Sedangkan wilayah Blora yang lainnya baru akan memasuki musim hujan di akhir bulan November.

“Memang musim kemarau tahun ini lebih panjang daripada tahun lalu. Kita harus tetap melakukan penghematan air. Bantuan air bersih juga terus mengalir bukan hanya dari pemerintah saja, namun juga banyak dari perusahaan swasta, organisasi masyarakat dan lainnya,” lanjut nya.

Dirinya juga mengungkapkan bahwa pihak BPBD sudah mengajukan penambahan anggaran kepada pemerintah untuk penyaluran bantuan air bersih. Sehingga diharapkan dampak kekeringan di desa-desa bisa diminalisir.

Selain penghematan air, terkait kemarau yang masih panjang ini, pihaknya juga meminta kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi kebakaran. Baik kebakaran lahan maupun rumah.

“Beberapa waktu terakhir kejadian kebakaran di musim kemarau sering terjadi disebabkan kecerobohan masyarakat dalam membuat perapian penghangat ternak atau istilah lokalnya bediang. Utamanya di desa-desa yang banyak memiliki ternak sapi. Hati-hati, apalagi air sedang sulit,” pungkasnya. (res-infoblora)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar