Sabtu, 18 Mei 2019

Partai NasDem Gebrak Tolikara dengan 10 Pemuda

Buletinnusa
Ketua DPD Partai NasDem Tolikara, Sonny Wenne Wanimbo SIP didampingi Caleg NasDem lainnya, Albinus Walengga (kanan) dan Gerson Narep ketika memberi keterangan di Abepura, Selasa (14/5) kemarin.
Jayapura -- Partai Nasional Demokrat (NasDem) Kabupaten Tolikara membuat kejutan dalam peta politik Pileg 2019 di Papua. Hasil pleno KPU yang dibacakan di Grand ABE Hotel mencatatkan 10 nama yang dipastikan akan mengisi kursi legislatif. Bahkan jika tak ada aral, kursi pimpinan DPRD Kabupaten Tolikara juga akan ditempati perwakilan Partai NasDem. Jika diistilahkan dengan bahasa anak sekarang, perjuangan NasDem ini bukan kaleng-kaleng.

Memulai perjuangan dengan non sheet atau tanpa kursi pada Pemilu 2014, pada Pemilu Serentak 2019 langsung menggebrak dengan merebut 10 kursi. Ada banyak hal yang menarik dari perjuangan yang berbuah manis ini. Pertama NasDem bertarung dengan nothing to lose, pelan namun pasti mencoba memenangkan hati rakyat dan ternyata berbuah manis. Ini disampaikan Ketua DPD NasDem Tolikara, Sonny Wenne Wanimbo, SIP., yang berhasil membawa partainya lolos bahkan mendominasi kursi yang ada di parlemen.

Alumni Universitas Nasional inipun diprediksikan akan menduduki jabatan pimpinan DPRD Tolikara setelah mengantongi suara terbanyak dengan total 7.300 suara

Hal menarik lainnya adalah dari 10 Caleg NasDem yang lolos, semua merupakan wajah baru dan berusia muda. Sonny sendiri bisa disebut sebagai Caleg termuda dengan usia 27 tahun dan berpeluang menduduki kursi pimpinan.

“NasDem Tolikara mengucapkan banyak terima kasih kepada masyarakat Tolikara dimana NasDem yang sebelumnya non sheet ternyata bisa meraih kemenangan mutlak 10 kursi dan ini bisa dibilang di luar ekspektasi kami,” kata Sonny didampingi dua rekannya, Albinus Walengga dan Gerson Narep ketika memberi keterangan di Abepura, Selasa (14/5) kemarin.

Ia mengaku ini tak lepas dari hasil perjuangan kader dan kepercayaan masyarakat. Dari semangat yang dimiliki tiap kadernya, semua berupaya membumi dan mendekatkan diri dengan rakyat sambil memperkuat basis suara.

Awalnya kata Sonny target NasDem adalah 15 kursi untuk lokal dan 1 kursi untuk DPR Papua dan hasil yang dicapai yaitu 10 kursi di DPRD Kabupaten Tolikara dan 1 di DPR Papua. Meski belum meraih sesuai target namun pihaknya tetap menganggap bahwa apa yang dihasilkan sudah sangat memuaskan. Apalagi perjuangan yang dilakukan dengan keterbatasan akomodasi.

Simak juga : Kampanye Perdana, Partai Nasdem: Siap Merebut Kursi DPRD Tolikara

Sonny sendiri sesuai hasil pleno meraih suara terbanyak dengan total 7300 dan ikut membawa NasDem meraih suara terbanyak di Tolikara dengan total 230.771 suara. Pria kelahiran 1992 yang kini tengah melanjutkan studi S2 nya di Universitas Nasional ini menyatakan bahwa dalam kampanye, tak banyak yang dijanjikan kepada masyarakat. Bahkan cenderung hanya bekerja dengan keyakinan tanpa mau menjual janji-janji.

Kepercayaan masyarakat yang perlahan muncul betul-betul dijaga hingga akhirnya bisa mempertahankan suara di basis-basis tingkat kampung bahkan lingkup keluarga dan mendapatkan hasil memuaskan.

Dikatakan, pasca konik tahun 2012 terjadi kubu-kubuan. Banyak warga terpecah dan tak mau bersatu. Situasi ini mendorong NasDem untuk turun dan ikut memecahkan masalah dan menanamkan sikap untuk bersatu tanpa membedakan suku agama dan ras.

“Kami ingin membangun Tolikara tanpa mengedepankan perbedaan namun sebaliknya. Semua harus bersatu. Memikirkan bagaimana Tolikara menjadi lebih baik,” katanya.

Sonny memastikan bahwa dari kepercayaan yang diberikan rakyat ini ia tak ingin menyia-nyiakan begitu saja. Aspirasi yang sudah dikantongiakan dikawal dan diperjuangkan.

“Jujur waktu kampanye kami tak mau terlalu banyak berjanji. Kami sadar dengan kekuatan kami banyak yang minus tapi disitu rakyat mulai menumbuhkan harapan untuk bisa berdiri bersama kami ikut berjuang. Saya melihat ada kegamangan dari situasi pasca konik lalu sehingga saya coba melakukan pendekatan untuk mendengar apa yang menjadi isi pikiran mereka,” tambahnya.

Alumni 2014 ini jika tak ada aral juga akan menjadi Ketua DPRD termuda. “Doakan saja, ada tanggungjawab yang dititipkan masyarakat kepada kami. Harus dituntaskan,” jelasnya.

Pemuda berambut panjang ini sedikit membocorkan strategi yang dilakukan yakni bekerja keras kemudian melakukan pemetaan soal basis dukungan hingga ke kampung. Pihaknya tak ingin dan mengukur berapa jumlah massa disatu distrik namun tetap lihat kekuatan partai di daerah hingga tanggal pencoblosan.

“Tidak ada janji yang dijual. Kami ingin jual tapi kami juga sadar tidak punya power untuk menjual isu. Namun dalam kampanye awal kami sampaikan akan dorong Perda tentang keberpihakan terhadap orang asli Tolikara baik CPNS ataupun lainnya. Mereka anak daerah mereka tak boleh jadi penonton karena akan lahir kecemburuan sosial. Lalu terkait kubu-kubuan kami coba hapus dalam konteks persatuan dan kesatuan di tanah Injil dan itu diterima,” imbuhnya.

Catatan lainnya adalah saat ini era Otsus namun Tolikara masih jauh berjuang keras mengejar ketertinggalan. Mulai dari sektor infrastruktur, kesehatan dan SDM. “Terutama tentang SDM. Kami ingin anak-anak Tolikara juga ada yang menjadi dokter, pilot dan mampu berkompetisi dengan anak-anak daerah lainnya. Ini akan kami kawal, bagaimana SDM Tolikara bisa berjuang dan menjadi tuan di negerinya. Disisa Otsus ini itu harus dikawal,” bebernya.

Hal lainnya adalah NasDem memastikan akan tetap mengawal kebijakan dan visi misi bupati serta wakilnya. NasDem ingin membangun Tolikara tanpa mengedepankan perbedaan tapi justru persatuan. “Kami pikir bila konsep tanpa mengedepankan perbedaan tapi persatuan ini berjalan tentu tak sulit untuk merubah daerah. Kami juga ingin mengawal sektor ekonomi kerakyakan, itu harus diangkat karena selama ini kehidupan masyarakat atau petani lebih cenderung memaksimalkan potensi lokal. Ada pesan orang tua – orang tua di kampung yang harus dikawal,” papar Sonny.


Copyright ©Cepos "sumber"
Hubungi kami di E-Mail ✉: tabloid.wani@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar