Selasa, 26 Maret 2019

Putus Tali Pusa Di Christchurch, Putus Tali Nafas Di Ambon

Buletinnusa
Makam Kapten Neil Edwin Watchorn di Taman Makam Perang di Tantui,
Ambon, Maluku.  Ia  ditangkap dan dieksekusi mati oleh pasukan Jepang,
Tahun 1942. (foto rudi fofid). 

Nenek moyangnya dari Birmingham, Inggris.  Ia lahir di Christchurch, Selandia Baru dan masuk tentara di Australia.  Jalan hidup menuntun dia ke Ambon, lalu tidur abadi di Tantui.  Itulah Kapten Neil Edwin Watchorn yang tewas dieksekusi oleh tentara Jepang di Laha, tahun 1942.



Laporan Rudi Fofid-Ambon


Ambon, Malukupost.com - Sudah 60 tahun Pemerintah Indonesia dan Selandia Baru menjalin hubungan diplomatik, namun hubungan sejarah Maluku dan Selandia Baru sudah terjalin sebelum Indonesia merdeka.

Banyak orang Maluku pergi ke Selandia Baru, untuk kepentingan studi, kebudayaan, maupun diplomasi.  Demikian halnya, banyak orang Selandia Baru pernah ke Maluku.

Kota Auckland dan Wellington, adalah dua tempat di Negeri Kiwi tersebut yang sering dikunjungi.  Rombongan kesenian Maluku sejak era Frenky Mewar hingga Willy Sopacua JP Band pernah tampil di sini.

``Orang-orang di sana, antuasias menyambut kami,`` kata WIlly Sopacua yang pernah tampildi Auckland maupun Wellington.

Sebaliknya, orang-orang Selandia Baru sangat mengenang Kota Ambon.  Pada masa perang dunia kedua, Pasukan Camar yang datang ke Ambon, antara lain juga terdiri dari putera-putera Selandia Baru.

Pada masa damai, selalu ada perayaan ANZAC Day, setiap 25 April.  Perayaan di Selandia Baru, Australia, juga di Hainan (Cina), dan Ambon.  ANZAC adalah kependekan Australian-New Zealand Army Corps. 

Baru tahun ini, nama  Kota Christchurch di Selandia Baru, tiba-tiba menjadi dikenal di seluruh dunia, melampaui Auckland dan Wellington. Semua ini karena serangan brutal ke masjid yang menewaskan warga Muslim yang sedang melaksanakan salat Jumat.

Tokoh-tokoh agama di Maluku mengecam penembakan itu.  Semua menaruh empati kepada warga Muslim Selandia Baru.   Selandia Baru sendiri, tahun-tahun belakangan ini, terus membuka kesempatan studi bagi warga Maluku.  Semua ini, sebagai jalinan historis kedua wilayah.

Meskipun punya hubungan baik, tidak banyak yang tahu, seorang pria kelahiran Christchurch tahun 1903, kini tidur abadi di Tanah Ambon yang manis ini. Pria itulah Neil Edwin Watchorn, seorang tentara berpangkat kapten. 

ANAK PETUALANG
Majalah Sekolah Hutchins edisi 15, bulan Juli 1966 memuat sebuah artikel yang ditulis Brigadir E. M. Dollery berjudul The Watchorns yang menguraikan peran dan jasa keluarga Watchorn bagi sekolah Anglikan tersebut sejak tahun 1868.

Tulisan Brigadir Dollery bermula dari sosok Thomas Watchorn di Nottingham, Inggris. Ia tiba di Kota Hobart, Tasmania, tahun 1837 bersama istri, tiga anak lelaki, dan lima anak perempuan.  Tidak lama di Hobart, mereka kembali ke Inggris.  Thomas kemudian wafat tahun 1867 dalam usia 82 tahun.

Seorang putera Thomas bernama John baru berusia sebelas tahun ketika datang ke Hobart dengan ayahnya.  Pengalaman ke Australia ternyata sangat berkesan.  Jiwa petualangan membuatnya menjalani kehidupan bebas sampai akhirnya dia memilih kembali ke Australia.

Tahun 1850-an, John menetap di Hobart sebagai pemungut cukai.  Ia mendirikan perusahaan anggur bernama Watchorn Bros. Ia kemudian menjadi anggota parlemen selama bertahun-tahun, sampai menjabat Walikota Hobart.   John wafat tahun 1905 dalam usia 80 tahun. 

John memiliki empat putra yakni William John, Edwin Thomas, Arthur, dan Louis, serta seorang putri, Amy.   Putera kedua bernama Edwin Thomas dikenal sebagai Kolonel Watchorn. Edwin Thomas punya banyak pengalaman militer,  sampai wafat tahun 1940 dan dimakamkan di Domain, Afrika Selatan .
Warga Ambon Allan Batsira di makam Kapten Neil Edwin Watchorn, Tantui
Ambon (foto rudi fofid)

Edwin Thomas mempunyai dua anak lelaki, yakni Bruce dan Neil.   Bruce bertugas dengan Angkatan Darat Inggris dalam Perang Dunia I dengan Artileri Kerajaan dan berpangkat kolonel.

Adiknya Neil lahir di Christchurch, 2 April 1903 dari ibunya Ethel Maude Watchorn.  Neil lahir di sana sebab saat itu, ayahnya sedang menjalani dinas militer di Selandia Baru.

Setelah dewasa, Neil mengikuti jejak ayah dan kakaknya di dunia militer.  Ia secara resmi mendaftarkan diri sebagai tentara di Caulfield, Victoria, negara bagian Australia.  Dia masuk Australian Infantry, atau 2/21 Battalion yang terkenal sebagai Gull Force alias Pasukan Camar.

 Pada saat Perang Dunia II, Selandia Baru dan Australia bergabung dengan pasukan Sekutu.  Sebagai anggota Pasukan Camar, Neil juga dikirim ke Ambon. 

Lapangan Udara Laha dulu digunakan sebagai pangkalan oleh skuadron nomor 13 Royal Australian Air Force (RAAF) sampai skuadron ditarik oleh Pemerintah Australia.

Setelah kedatangan Gull Force, pesawat terbang Laha  dipertahankan oleh Kompi B sebanyak kurang satu pleton dan kompi C bersama sekitar 100 angota pasukan
dilengkapi dua senjata Bofors untuk serangan udara

Dalam sebuah insiden antara pasukan Sekutu dan pasukan Dai Nippon di Laha, Ambon, Neil tertangkap.  Ia dieksekusi Jepang pada 20 Februari 1942. 

Sebelum ke Ambon, Neil menikah dengan Charlotte Watchorn dari Larpent, Victoria.  Sayang sekali, Nail dan Charlotte tidak mempunyai keturunan, sehingga kisah Kapten Neil Edwin Watchorn berakhir di Taman Makam Perang Dunia II di Tantui, Ambon.

"Ever Remembered".  Dikenang selamanya. Demikian tulisan pada makam Kapten Neil Edwin Watchorn di Tantui Ambon.  (Malukupost.com/sumber gullforce.org.au/hutchins.tas.edu.au)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar