Kamis, 30 November 2017

50 SD Di Ambon Dilibatkan Dalam "WAS"

Buletinnusa
Ambon, Malukupost.com - Sebanyak 50 sekolah dasar (SD) di Kota Ambon dilibatkan dalam program Warung Anak Sehat (WAS) yang diinisiasi oleh Sarihusada. "WAS merupakan salah satu kontribusi Sarihusada terkait dengan permasalahan nutrisi yang ada di Indonesia saat ini," kata Manajer Proyek WAS Sarihusada Thalita Andini Prameswari, di Ambon, Rabu (29/11). Ia mengatakan sedikitnya ada 350 SD di empat kota di Indonesia, yakni Bandung, Bogor, Yogyakarta dan Ambon yang dilibatkan dalam program pengembangan WAS.
Ambon, Malukupost.com - Sebanyak 50 sekolah dasar (SD) di Kota Ambon dilibatkan dalam program Warung Anak Sehat (WAS) yang diinisiasi oleh Sarihusada.

"WAS merupakan salah satu kontribusi Sarihusada terkait dengan permasalahan nutrisi yang ada di Indonesia saat ini," kata Manajer Proyek WAS Sarihusada Thalita Andini Prameswari, di Ambon, Rabu (29/11).

Ia mengatakan sedikitnya ada 350 SD di empat kota di Indonesia, yakni Bandung, Bogor, Yogyakarta dan Ambon yang dilibatkan dalam program pengembangan WAS.

Khusus untuk di Ambon, ada 50 SD dari berbagai kawasan yang diikutsertakan dalam program tersebut, salah satunya adalah SD Negeri 1 Poka. Sekolah-sekolah tersebut merupakan rekomendasi dari pemerintah setempat.

"Untuk kriteria sekolah yang terlibat dalam program ini, biasanya adalah rekomendasi dari pemerintah lokal. Jadi di sini kami tidak bekerja sendiri tapi juga menggandeng banyak pihak seperti Care International Indonesia, pemerintah, dan juga sekolah," katanya.

Dikatakannya lagi, malnutrisi pada anak masih menjadi persoalan penting di Indonesia. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan pada 2013, satu dari tiga anak usia lima hingga 12 tahun masih mengalami masalah nutrisi.

Di Maluku, tercatat permasalahan gizi buruk pada anak usia lima hingga 12 tahun yang ditandai dengan prevalensi stunting (pendek) di atas 30 persen, sedangkan wasting (kurus) di atas lima persen, lebih tinggi dari angka rata-rata nasional.

Guna mengurangi jumlah tersebut, Sarihusada melalui program WAS berupaya menyediakan jajanan sehat bagi pelajar SD, dengan mengedukasi langsung pihak sekolah dan membina para penjual dan pengelola kantin sekolah.

Dalam pembinaan para penjual dan pengelola kantin sekolah yang disebut dengan Ibu Warung Anak Sehat (IWAS), mereka diajarkan untuk membuat jajanan sehat berbasis bahan-bahan lokal yang murah dan tentunya masih tetap bisa.

"Jadi kalau di Ambon ada 50 sekolah diikutsertakan maka ada 50 Ibu Warung Sehat yang dibina. Program ini sendiri difokuskan pada pemenuhan gizi dengan pedoman gizi seimbang dan pemberdayaan perempuan melalui usaha mikro," kata Thalita.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Maluku Sandra Lithin mengatakan tren jajan di kalangan anak sekolah di Maluku cukup tinggi, karena kebiasaan membawa bekal dari rumah tidak cukup populer di daerah itu.

Karena itu, sebisa mungkin pihak sekolah mengawasi jajanan apa saja yang dikonsumsi oleh para siswanya, karena banyak jajanan masih tidak memenuhi syarat kesehatan, baik dari cemaran mikroba, penggunaan pengawet maupun pemanis buatan yang melebihi ambang batas.

"Tren jajan di kalangan anak-anak di Maluku masih tinggi, karena kita tidak memiliki kebiasaan membawa bekal sendiri dari rumah," katanya.

Hal yang sama juga diakui oleh Kepala SD Negeri 1 Poka Burhan Sangadji. Menurut dia, menyediakan jajanan sehat bagi pelajar adalah salah satu tanggung jawab sekolah.

Saat ini pihaknya ketat mengawasi para pedagang jajanan yang beroperasi di sekitar komplek sekolah, karena salah seorang muridnya pernah harus dilarikan ke puskesmas terdekat karena muntah-muntah setelah mengkonsumsi salah satu jajanan yang dijual di situ.

Setelah diperiksa, jajanan tersebut mengandung bahan sintesis.

"Kami mendukung program WAS yang dikembangkan oleh Sarihusada, kami sangat bersyukur pengelola kantin kami telah beberapa kali mengikuti pelatihan cara mengolah makanan walaupun itu sederhana, tapi telah dinyatakan benar-benar sehat," ucapnya.

Sementara itu, pengelola kantin SD Negeri 1 Poka Desiane Kiriweno Johannis mengatakan sejak terlibat dalam WAS, perekonomiannya cukup meningkat. Jika sebelumnya keuntungan hanya mencapai Rp50.000 per hari, sekarang jumlahnya meningkat menjadi Rp100.000 per hari.

"Setelah mengikuti program pembinaan WAS, saya semakin kreatif dalam mengelola makanan berbasis bahan lokal, saya juga lebih memahami cara mengkombinasikan makanan bergizi, menghindari bahan tambahan pemanis, pewarna dan perasa yang berbahaya," ujarnya. (MP-3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar