Buletinnusa
Ambon, Malukupost.com - Pulau Geser di Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku terancam erosi pantai akibat kuatnya gelombang arus pasang surut, sehingga menyebabkan sedikitnya 60 meter garis pantai telah berkurang selama 60 tahun terakhir.
"Bisa dikatakan pulau kecil ini sedang terancam, luas daratannya semakin berkurang karena proses alami gelombang arus pasang-surut air laut," kata Johanis Lekalette, Peneliti Fisika Oseanografi dari Pusat Penelitian Laut Dalam - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPLD-LIPI), di Ambon, Sabtu (30/12).
Geser adalah pulau atol yang berdampingan dengan daratan besar Seram dan pulau-pulau kecil lainnya, seperti Seram Laut dan Keffing. Luasnya tidak mencapai 2.000 kilometer persegi.
Pada 29 November 2017, PPLD-LIPI didukung Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, Perindustrian dan Perdagangan (Koperindag) Kabupaten Seram Bagian Timur melakukan penelitian di perairan di Geser dan sekitarnya.
Pada Riset 10 hari untuk mendata sejumlah keaneragaman hayati yang ada di sana, PPLD menerjunkan 17 penelitinya sekaligus.
Saat proses penelitian berlangsung diketahui telah terjadi abrasi di Geser yang dapat mengancam keberlangsungan pulau tersebut. Selama 60 tahun terakhir sedikitnya ada 60 meter garis pantai yang berkurang.
Johanis yang juga Kasubdit Peralatan Penelitian PPLD-LIPI mengatakan kondisi oseanografi di daerah tersebut yang menyebabkan pengikisan daratan atau erosi pantai.
Pola arus pasang surut di sekitar Selat Geser terbilang kuat, bergerak searah jarum jam dari selatan ke utara melingkari Pulau Geser. Kuatnya arus dan gelombang pasang surut telah mengangkut butiran pasir, sehingga terjadi perubahan garis pantai.
"Saat air pasang arusnya melingkari Pulau Geser, ini menyebabkan transpor sedimen. Ketika arus semakin cepat kemampuan mengangkut sedimen juga makin besar, bisa melawan gravitasi. Butiran sedimen yang kecil mudah sekali hanyut karena arusnya berputar, lambat-laun pulaunya akan mengecil," ucapnya.
Dikatakannya, PPLD-LIPI telah menggelar pertemuan dengan penduduk setempat pada 30 November 2017, guna menghimpun lebih banyak data terkait erosi pantai yang terjadi.
Berdasarkan pengakuan mereka, dulunya pantai Geser terdapat banyak karang masif (coral Reef) yang menjadi peredam gelombang. Seiring berkembang pesatnya pertumbuhan penduduk, karang-karang tersebut dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.
Sebagai penggantinya, masyarakat membangun talud untuk menghalau ombak.
Hal ini menurut Johanis, bukanlah solusi yang tepat. Menanggulangi kondisi erosi pantai, jetty dinilai lebih efektif dibandingkan talud karena bisa membantu mengurangi pendangkalan alur oleh sedimen pantai yang sudah terbentuk.
"Sudah ada delta yang terbentuk akibat penumpukan sedimen yang bisa menyebabkan pendangkalan. Jetty biasanya tegak lurus pantai, untuk pembangunannya kita harus penelitian paling tidak satu tahun, karena mesti dihitung jarak untuk pemodelannya seperti apa," katanya. (MP-4)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar