Senin, 05 Agustus 2019

Inilah Enam Putri Maluku Pemegang Rekor Nasional Atletik

Buletinnusa
Bintang-bintang atletik Indonesia asal Maluku yang saat ini masih sebagai pemegang rekor nasional.  Rekor Emma Tahapary malah sudah 35 tahun belum terpecahkan,  (foto rudi fofid/fb henny/fb martha/getty images/rudi fofid/fb alvina)

Catatan Rudi Fofid-Ambon


Sukses Nona Ambon Alvina Tehupeiory memecahkan rekor nasional (rekornas) nomor lari 200 meter cabang atletik pada Kejurnas Atletik di Cibinong, Bogor, Minggu (4/8), menambah jumlah perempuan Maluku dalam daftar pemegang rekornas atletik Indonesia.

Dari Data PASI, diketahui sebelum Alvina muncul, sudah ada  beberapa perempuan Maluku sebagai pemegang rekornas atletik.  Mereka adalah Emma Tahapary, Henny Maspaitella, Martha Lekransy, Irene Joseph, dan Viera Hetharie.  Dengan begitu, saat ini terdapat enam puteri Maluku sebagai pemegang rekornas cabang atletik.

Emma Tahapary kelahiran Jakarta dan Henny Maspaitella kelahiran Surabaya, masing-masing sejak awal membela DKI Jakarta dan Jawa Timur.  Namun mereka tetap dikenal dan dikenang sebagai perempuan Maluku, di manapun mereka berada.

Emma dan Henny adalah pelanjut keperkasaan perempuan Maluku di lintasan atletik, yakni Caroline Rieuwpassa dan Willy Tomasoa. Caroline adalah pelari pertama yang berpartisipasi pada dua olimpiade yakni Olimpiade Muenchen, Jerman Barat (1972), dan Olimpiade Montreal, Kanada (1976).

Carolina pernah menciptakan rekor nasional di nomor 400 m, 4 x 100 m estafet dan 4 x 100 meter estafet, sebelum akhirnya dilampaui pelari pendatang baru.

Sebelumnya, Willy Tomasoa adalah sprinter Maluku pertama yang berhasil meraih medali emas PON III pada nomor lari 100 meter.  Willy juga menjadi peserta Ganefo Games 1963 yang berhasil meraih dua medali, yakni medali perunggu nomor 200 meter, dan medali perak 4 x 100 meter. 

Pelari Emma Tahapary juga pernah mengikuti olimpiade Los Angeles, dan sampai pada babak semifinal. Saat ini, tercatat sebagai pemegang dua rekor nasional. 

Rekor pertama pada nomor lari 400 meter, Emma mencatat waktu 54,2 detik.  Rekornas tersebut dipecahkan di Manila, 1 Desember 1984.  Artinya, sudah 35 tahun rekor tersebut belum terpecahkan sampai sekarang.

"Saya harap, rekor saya bisa dipecahkan pelari-pelari asal Maluku," kata Emma beberapa waktu lalu.

Selain rekor tersebut, Emma juga tercatat sebagai salah satu pemegang rekornas nomor lari estafet 4 x 400 meter.   Emma bersama tiga pelari lain, bahu-membahu memecahkan rekor tersebut, dalam Kejuaraan Asia Jakarta, 29 September 1985. 

Berlomba membela Indonesia, Emma, Henny Maspaitella, Indah Wahyuni, dan Martha Lekransy memecahkan rekor nasional dengan waktu 3:42,25 menit.  Dengan begitu, sudah 34 tahun rekornas tersebut bertahan.  Komposisi estafet puteri Indonesia ini sungguh mencengangkan sebab tiga dari empat atlet adalah perempuan Maluku.

Sebelum Alvina Tehupeiory memecahkan rekornas lari 200 meter, tercatat Irene Joseph memegang rekornas 100 meter dan 200 meter.  Dengan pemecahan rekor baru, maka Irene Joseph masih tetap memegang rekornas 100 meter.  Rekornas 11,56 detik diciptakan  Irene di Bandar Seri Begawan, Brunai,  20 Oktober 1999.  Rekor ini masih bertahan selama 20 tahun.

Pada nomor lari 400 meter gawang, Viera Hetharie masih memegang rekor 59,64 detik. Rekor tersebut diciptakan Viera pada 15 November 2011 di ajang SEA Games, Palembang.  Sudah delapan tahun, rekornya belum terpecahkan.

Perempuan-perempuan Maluku memang kabaresi.  Mereka mengharumkan nama daerah.  Maluku juga akhirnya dikenal sebagai salah satu pemasok atlet handal di level nasional.  Pada cabang atletik, perempuan-perempuan Maluku sudah memberikan banyak bukti.  Selain para pemegang rekornas, tentu patut dikenang nama-nama lain yang juga telah mengharumkan nama Maluku dan Indonesia. 

Meskipun tidak memegang rekor nasional, banyak perempuan Maluku pernah berjaya pada zamannya.   Sebut saja Flora Karmomyanan, Shinta Tharob, Starlet van Houten, Merry Manuhutu,  Helena Musila, Levina Tuhumury, Maria Lawalata, Marla Sopacua, Erna Toisuta, Carlena Gommies, Reny Tehupeiory, Nini Souhaly, Eklesia Souisa, Merlin Pelamonia, Dessy Pelamonia dan pelari lain.

Untuk masa depan, Maluku masih tetap menjadi tumpuan harapan bagi lahirnya atlet-atlet kelas nasional dan internasional. Sejarah, tradisi, semangat, mental, dan fisik, sangat mendukung lahirnya atlet tangguh dari Maluku. 

PASI Maluku perlu bekerja keras menemukan bibit-bibit baru, dan merawatnya dengan sayang.  Kalau PASI serius, maka bukan tidak mungkin bintang-bintang baru bisa datang dari Ambon, pelosok Buru, Seram, Aru, Kei, Tanimbar, atau Maluku Barat Daya. Perempuan Maluku itu kuat lari, asalkan mereka diberi kesempatan dan dukungan. 

Semoga tahun-tahun mendatang, akan lahir bintang-bintang baru yang cemerlang, melanjutkan tradisi juara para pendahulunya yang gemilang.

Penulis, Redaktur Pelaksana Media Online Maluku Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar