Olop Tomasoa (foto aziz hentihu) |
PENGANTAR
Sosok dalam tulisan ini adalah Olof Tomasoa, loper koran sejak 1993. Tak banyak yang tahu, bahwa Olof juga seorang musisi. Saban hari Minggu, ia meniup suling mengiring jemaat beribadah di Halong. Tulisan pengalaman personal Aziz Hentihu, SE ini judul aslinya ``Hari Ini, Tak Lepas Dari Hari Kemarin`` . Tulisan disiarkan di akun facebook. Atas izin penulisnya, Media Online Maluku Post menyajikannya untuk pembaca dengan penyuntingan seperlunya.
Om Olof Tomasoa, penjual koran berhati mulia. Jasamu beta kenang. Sosok yang tidak bisa beta lupa seumur hidup beta.
Semula, beta kuliah di Fakultas Perikanan Universitas Pattimura Ambon. Setelah itu, beta pindah ke Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga Surabaya. Dari sekian kisah dan cerita kehidupan beta yang sulit, terutama pada awal-awal kuliah, ada satu kisah yang hingga kini masih tertanam kuat di sudut terdalam hati beta.
Berawal dari kuliah sore di Program Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP) Fakultas Perikanan Universitas Pattimura, tahun 1995. Saat Itu beta menumpang tinggal di rumah saudara dekat Om M. Sidik Walla. Biasa dipanggil Bapak Amat Walla. Alamat di Batumerah Ambon.
Singkat cerita, setelah selesai mengikuti kuliah, saat jelang malam, beta bergegas pulang ke Batumerah. Beta harus naik kapal feri Poka-Galala. Ketika sampai di Dermaga Feri Poka-Galala, beta baru sadar bahwa beta tidak mungkin bisa menyeberang ke Galala menggunakan kapal feri. Beta sama sekali tidak memiliki uang sepeserpun. Waktu itu, HP belum ada. Sedangkan semua teman kuliah seangkatan sudah lebih awal pulang ke Ambon dan sekitarnya.
Beta hanya bisa berdiri di luar area pelabuhan. Di luar ruang tunggu penumpang feri. Tentu, beta hanya bingung. Dua kali kapal feri bersandar di Poka, tidak seorangpun penumpang yang beta kenal untuk mungkin saja bisa pinjam uang.
Di saat-saat genting pada feri terakhir, tiba tiba beta melihat Om Olof yang sehari-hari berada di atas kapal feri menjual korannya. Biasanya kalau beta bertemu Om Olof di kapal feri, kita selalu saling bercanda.
Pada malam genting itu, kebetulan beta melihat Om Olof sementara berada di bibir pintu feri pada jadwal terakhir feri Poka-Galala. Di tengah situasi panik, beta yang berdiri agak jauh bisa bertatapan dengan Om Olof. Kami saling melempar senyum. Seperti tahu masalah beta, Om Olof berjalan menghampiri beta yang sementara berada di luar area ruang tunggu. Beta belum bisa masuk karena belum memiliki tiket feri.
Dengan menundukkan kepala menahan rasa malu, beta menyampaikan: "Om Olof, beta minta maaf. Om Olof ada uang ? Beta seng ada uang untuk beli tiket feri ke Galala. Kalau ada, beta pinjam untuk beli tiket feri ke Galala saja. Selanjutnya beta bisa berjalan kaki ke Batumerah``.
Alhamdulillah, beta bersyukur. Dengan refleks, Om Olof langsung mengambil uang di kantongnya dan berkata: "Pakai saja seng apa-apa".
Kalau tidak salah, Om Olof menyerahkannya Rp300 untuk menyelamatkan beta di malam itu pada feri terakhir.
Akhirnya beta bisa menyeberang dengan feri terakhir dari Poka ke Galala, selanjutnya bisa berjalan ke Batumerah Ambon, karena memang tidak memiliki uang untuk naik angkot.
Beberapa hari kemudian beta bertemu Om Olof kembali dan bisa menggantikan uangnya. Walaupun sesungguhnya Om Olof juga sangat berkeberatan untuk diganti.
Terima kasih, Om Olof sayang. Semoga tetap dalam lindungan Tuhan, selalu disehatkan dan dipanjangkan umur agar beta tetap bisa bertemu Om Olof lagi. Setiap bisa bertemu Om Olof di manapun dan diberi kesempatan untuk terus membalas kebaikan Om Olof, maka di saat-saat itulah beta merasakan kebahagiaan batin luar biasa.
Jujur sejak peristiwa itu, beta belajar dari Om Olof.
May God bless you! Hari ini, tak lepas dari hari kemarin.
Penulis adalah Wakil Ketua DPRD Kabupaten Buru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar