Buletinnusa
Laporan Rudi Fofid-Ambon
Ambon, Malukupost.com - ``Om Yapi itu legenda, penuh karisma. Orangnya pintar dan penyayang,`` demikian diungkapkan Marieonie Serhalawan, pemeran karakter Hasna dalam lakon Paparisa Kecil oleh Sanggar Teater Kabaresi.
Marieonie adalah salah satu sosok yang sangat dekat dengan Yapi Mailoa, pendiri Sanggar Kabaresi yang berpulang di Groningen, Belanda, Selasa (27/8).
Marieonie melakoni hidup berkesenian di dua panggung sekaligus. Panggung teater dan panggung musik. Dua jalur itu sama-sama melambungkan namanya di kancah nasional dan internasional.
Memang, Marieonie terbiasa bernyanyi sejak menjadi penyanyi cilik. Ia telah berada di jalan lurus dunia tarik suara secara berani dan tidak canggung. Tidak heran, bila tampil di panggung, vokal beningnya mengalun laksana seruling.
Barulah ketika duduk di kelas 4 SD, tahun 1995, Helena Luhukay membawa Marieonie dan Valentino Luhukay bertemu Yapi Mailoa, seniman yang pulang menekuni dunia teater di Jakarta. Saat itu, ada juga Theo Matulessy dan Sezia Palijama. Keempat pelakon cilik inilah yang mewarnai Sanggar Kabaresi, pada awalnya, bersama kakak-kakak lain yang sudah beranjak remaja.
``Kalau bernyanyi, beta sudah biasa. Sedangkan ini teater, pertama kali jumpa Om Yapi, beta takut. Sangat takut. Takut salah, takut main teater,`` kata Marieonie kepada Media Online Maluku Post di Ambon, Rabu (28/8).
Ternyata, kata Marieonie, Yapi sanggup mengarahkan mereka menjadi pemain teater. Pertama kali, mereka tampil di TVRI Ambon dalam acara Cerita Untuk Anak.
"Om Yapi minta kami baca naskah. Harus hafal mati, jangan improvisasi apapun," kenang Marieonie.
Berkat bimbingan Yapi yang penuh kesabaran, semua pemain cilik itu bisa menyesuaikan diri dengan kakak-kakak. Dari situlah Yapi lantas mendapat ide membuat Paparisa Kecil yang populer di TVRI Ambon.
HASNA DAN ACIM
Dalam acara Paparisa Kecil di TVRI, semula Marieonie mendapat peran sebagai cucu Opa Mester bernama Pau.
Pada tahun 1999, Yapi mempertemukan Marieonie dengan Alfrido Ralahalu. Keduanya harus memainkan karakter Muslim Ambon. Marionie menjadi Hasna, sedangkan Alfrido menjadi sosok Acim.
"Bagi beta, itu seng sulit sebab beta tumbuh di kawasan Diponegoro dan Airmata Cina. Kawan-kawan semua di sana, di seputar kuburan Islam, jadi gampang saja beta logat Diponegoro, Waihaong, atau Batumerah. Apalagi, Om Yapi selalu tekankan, kalau katong seng coba, katong seng pernah tahu, katong bisa ka seng, ," papar Marieonie.
Setelah melakoni peran Hasna, Marieonie merasakan karakter itu tidak hanya ada di panggung, melainkan sampai pada kehidupan sehari-hari. Sensasi lain dengan peran Hasna, banyak sekali warga menyangka dirinya seorang gadis Muslim.
"Orang sangka beta ini Muslim. Apalagi beta pulang ke arah Diponegoro. Beta punya logat sehari-hari juga seperti orang Diponegoro," ungkap Marieonie.
Dalam perjalanan Sanggar Kabaresi, migrasi dan dinamika para seniman menyebabkan para sejumlah aktor dan artis panggung ini memilih jalan karier berbeda. Sampai suatu saat, Marieonie secara iseng mempublikasi kembali foto-foto masa lalu. Penampilan Sanggar Kabaresi dari panggung ke panggung, termasuk perjalanan ke Negeri Belanda, pertama kali tahun 2005, semua disebar lagi di facebook.
``Om Yapi melihat semua itu lalu telepon, sampai katong bisa bertemu. Om Yapi bilang, dirinya bagai hidup kembali. Beta, Alfredo, Valentino, Om Yapi, katong bakupolo di sanggar pas antua bilang akang," kenang Marieonie.
Setelah hampir semua pentolan Sanggar Kabaresi bertemu, mereka sepakat membuat gebrakan dengan tajuk Paparisa Kecil Reborn. Ya, Paparisa Kecil telah lahir kembali, dalam format dewasa.
Publik Ambon pun menyambut gembira Paparisa Kecil Reborn. Hal ini bisa dilihat dari antusias publik di Taman Budaya Maluku maupun Lapangan Merdeka Ambon, maupun beberapa penampilan lain sepanjang 2019.
"Beta merasa asyik dengan penampilan Paparisa Kecil Reborn tetapi kemudian beta ingin mendukung dari belakang panggung saja. Beta belum sempat bilang niat ini ke Om Yapi," tutur Marieonie.
Marieonie yang juga menjuarai berbagai festival nyanyi tingkat nasional itu, mengaku sangat kehilangan sosok yang menjadi guru dan pengayom. Dirinya berharap, karya Yapi yakni Sanggar Kabaresi harus tetap hidup.
``Apakah antua selesai lalu katong selesai? Seng. Antua bikin ini supaya katong tetap hidup terus. Antua meninggal, katong tetap hidup terus. Beliau sudah beri banyak pelajaran, jadi semua harus bisa lanjutkan Sanggar Kabaresi,`` pungkas personil D'KAK5 ini. (Maluku Post/Foto fb Marieonie)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar