Rabu, 01 November 2017

Kapal Yasin Bey Penuhi Kebutuhan Listik Di Ambon Hingga 2022

Buletinnusa
Ambon, Malukupost.com - Direktur PT. Kar Powership Regional Asia, Mehmet Ufuk Berk mengatakan, kebutuhan daya listrik di Pulau Ambon khususnya akan terpenuhi sampai tahun 2022 karena kapal pembangkit listrik Yasin Bey mampu memproduksi 120 megawatt. "Kontrak yang dilakukan PT. (Persero) PLN dengan PT. Kar Powership di Pulau Ambon hanya 60 Mw dan akan berakhir tahun 2022, namun bila kebutuhan listrik masyarakat bertambah maka kami bisa memenuhinya dengan harapan harus melalui kontrak resmi untuk dinaikkan menjadi 70 MW atau 80 MW," kata Mehmet Ufuk Berk di Ambon, Selasa (31/10).
Ambon, Malukupost.com - Direktur PT. Kar Powership Regional Asia, Mehmet Ufuk Berk mengatakan, kebutuhan daya listrik di Pulau Ambon khususnya akan terpenuhi sampai tahun 2022 karena kapal pembangkit listrik Yasin Bey mampu memproduksi 120 megawatt.

"Kontrak yang dilakukan PT. (Persero) PLN dengan PT. Kar Powership di Pulau Ambon hanya 60 Mw dan akan berakhir tahun 2022, namun bila kebutuhan listrik masyarakat bertambah maka kami bisa memenuhinya dengan harapan harus melalui kontrak resmi untuk dinaikkan menjadi 70 MW atau 80 MW," kata Mehmet Ufuk Berk di Ambon, Selasa (31/10).

Kapal yang memiliki enam unit mesin pembangkit serta dua turbin dan dibangun di Kota Hatzan ini memiliki panjang 162 meter dan lebar 23 meter dan keluar dari Turki tanggal 17 Februari 2017 dan berada di Indonesia tanggal 15 Maret kemudian mulai beroperasi di Pulau Ambon sejak 1 April 2017.

"Kapal Pembangkit Listrik Karadeniz Yasin Bey Marine Vessel Power Plant (MVPP) berdaya 120 megawatt ini telah beroperasi di Ambon sejak 1 April 2017 dan memasok listrik ke sistem interkoneksi kelistrikan di daerah ini," katanya.

Karadeniz powership Yasin Bey merupakan sebuah kapal pembangkit listrik ketiga yang telah beroperasi di Indonesia setelah Zeynep Sultan beroperasi di Amurang, Sulawesi Utara sejak tahun 2016 dan tersia dua tahun akan berakhir, kemudian kapal Gkhan Bey yang beroperasi di Bolok, Kupang, Nusa Tenggara Timur, serta satu kapal pembangkit lainnya di Medan (Sumut).

Sedangkan ada kapal serupa yang dikontrak dan sementara beroperasi di Inggris, Muzambik atau Zimbabuwe, dan China, serta Indonesia, dan Yasin telah mampu memberikan daya listrik murah karena mesinnya lebih efisien dan dapat beroperasi dengan Heavy Fuel Oil (HFO) yang jauh lebih murah ketimbang High Speed Diesel (HSD).

"Yasin Bey juga bersifat fleksibel dalam hal bahan bakar karena bisa beroperasi dengan keduanya baik LNG mau pun HFO," tandasnya.

Untuk masalah limbah minyak dan gas serta limbah makanan tidak dibuang sembarangan tetapi dikumpulkan, dan nantinya ada kapal tersendiri yang datang mengangkutnya ke Surabaya (Jatim) untuk diolah.

Misalnya untuk limbah minyak bisa diolah menjadi oli, sehingga perusahaan ini juga telah mengantongi berbagai macam penghargaan seperti sertifikasi ISO 9001, termasuk uji kesehatan dan pelayanan.

"Kami juga bekerjasama dengan PT. PAL Surabaya untuk menangani empat proyek dan di situlah terjadi transfer ilmu pengetahuan serta teknologi," kata Mehmet Ufuk Berk.

Tenaga kerja yang dilibatkan dalam pengoperasian Karadeniz Powership Yasin Bey terdiri dari 50 orang naker asal Turki dan sisanya 70 orang asal Indonesia, termasuk anak-anak asli daerah Maluku.

Para karyawan akan melakukan tugas dan tanggungjawabnya selama tiga bulan bekerja kemudian mendapatkan kesempatan cuti selama 23 hari, sehingga bagi mereka yang berasal dari Turki bisa kembali ke negaranya.

Sistem kerjanya juga dibagi dalam tiga sift selama lima hari dalam seminggu dan bagi karyawan berkebangsaan Turki tetap tinggal di atas kapal sementara untuk yang warga negara Indonesia bisa turun ke darat dan menetap bersama keluarga mereka.

Sangat Terbuka Mehmet Ufuk Berk meski berkebangsaan Turki namun menikahi seorang WNI ini mengakui adat dan budaya orang Maluku yang sangat ramah serta terbuka dan kondisinya juga tidak berbeda jauh dengan masyarakat Turki.

"Bila ada waktu, sesekali berkunjunglah ke Turki yang memiliki banyak kuliner serta objek wisata sejarah seperti Hagia Sophia yang dahulunya merupakan sebuah gereja dan di jaman Konstantinopel diubah menjadi mesjid, tetapi sekarang dijadikan sebuah museum yang besar dan megah," katanya.

Objek wisata lainnya adalah Kuil Artemiz di Kota Ismir yang saat ini masuk salah satu dari tujuh keajaiban dunia, serta Antalya yang merupakan sebuah tempat bersejarah dan bentuknya seperti kolosium.

Tempat bersejarah lainnya yang tidak kalah menarik adalah Capadocia yang merupakan sebuah kawasan berbatu di dataran tinggi yang bentuknya seperti bangunan akibat ditiup angin dan banyak orang Kristen yang menetap di daerah itu. (MP-6)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar