Minggu, 27 Mei 2018

Sejarah dan Budaya

Buletinnusa
Sejarah dan Budaya
Gambar: Ilustrasi Kepala Suku.
Oleh: Lakius Peyon)*

Dalam sejarah kebudayaan orang Yali, Hubula dan Lanni dan sekitarnya, mempunyai beberapa aturan dalam perang masa lalu. Dalam perang seorang pemimpin atau panglima perang mempunyai tugas:
  1. Dapat mengendalikan dan mengatur strategi perang; 
  2. Memimpin dalam perang; 
  3. Mengorganisir dan mobilisasi prajurit dalam perang; 
  4. Membangun kekuatan dan mobilisasi rakyatnya. 
  5. Pemimpin atau panglima perang dilarang menciptakan konfliks dalam kelompok atau kampungnya sendiri.
  6. Pemimpin /Panglima perang sangat dilarang kawin dengan perempuan musuh. Bila kawin dengan perempuan musuh ada dua pilihan melepaskan istri atau tidak menjadi panglima perang. Karena ada beberapa alasan:
    1. Perempuan itu akan membunuh atau menjual suami panglima perang itu kepada musuh (pihak kerabat perempuan itu), 
    2. Semua informasi akan dibocorkan selalu dan setiap strategi akan diketahui pihak musuh, karena perempuan, istri sang panglima itu terus membocorkannya.
    3. Pihak musuh bisa menyusup masuk ke dalam kampung atau rumah perempuan musuh istri dari panglima itu dan mengalahkan masyarakat di kampung itu. 
    4. Sang Panglima bisa saja menjual saudara-saudara dan masyarakat di kampung halamannya kepada musuh, demi kepentingan istri itu. 
    5. Sang Panglima tidak mampu menolak permintaan istri karena setiap hari hidup dan tidur bersama istrinya di rumah perempuan. 
    6. Sang panglima tidak bisa membunuh atau melakukan perang dengan keluarga istrinya, karena ada istri dan anak-anaknya. Dia tidak akan melukai hati bagi istri dan anak-anak mereka. 
    7. Rumah perempuan itu (istri panglima dari pihak musuh) tidak boleh dekat dan atau jauh dari rumah laki-laki dan kampung. Dia harus tinggal diantara rumah-rumah perempuan lain dan selalu dipantau oleh masyarakat. Rumah perempuan itu dilarang bangun dekat rumah laki.laki karena dia akan dengar strategi perang di rumah laki-laki itu. Bila jauh dari rumah-rumah lain pihak musuh bisa masuk dan sembunyi di rumah itu kemudian mereka bunuh masyarakat di kampung itu di malam hari. Karena itu ruamhnya harus di bangun di tengah rumah-rumah perempuan lain. Maka mudah diawasinya.
Jalan yang paling tepat dilakukan seorang panglima yang kawin dengan istri dari pihak musuh seperti ini adalah perdamaian. Dia mendamaikan perang dari kedua pihak itu.

Dalam budaya kami, banyak kasus yang diceritakan orang tua kami yang pernah terjadi di masa lalu. banyak kampung dikalahkan oleh musuh karena pemimin atau panglima perang di kampung mereka kawin dengan perempuan musuh, maka pihak musuh selalu masuk melalui hubungan itu dan mereka selalu menjadi kalah.

Karena itu, orang-orang tua selalu mengajarkan kami di rumah laki-laki kami, bahwa ketika perang jangan kawin dengan perempuan musuh. Kalau kalian kawin dengan perempuan musuh pasti kami sendiri mati atau akan mengorbankan masyarakat di kampung. Karena musuh akan masuk di rumah dan mereka akan mengetahui semua strategi perang kita.

pengetahuan macam ini dapat menjadi refleksi dan penting untuk diwariskan untuk berbagai keperluan kita.

...Baca ini: Buchtar Tabuni: "Kepala Suku Bukan Kapitalis, Imperialis dan Borjuis" 


Copyright ©Ibrahim Peyon "sumber"
Hubungi kami di E-Mail: tabloid.wani@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar