Senin, 11 Juni 2018

Baru Ini Cara Duta Wisata Blora Mengenang dan Mengenalkan Pramoedya Ananta Toer

Buletinnusa -
Pertemuan sederhana di rumah masa kecil Pramoedya Ananta Toer bersama adik kandungnya, Soesilo Toer yang digagas para Duta Wisata Blora, Sabtu (9/6/2018). (foto: dok-ib)
BLORA. Menjadi seorang duta wisata di Kabupaten Blora memang harus menguasai seluruh potensi daya tarik wisata yang ada di daerah. Bukan hanya soal wisata alam dan kuliner saja, namun juga wisata budaya, khususnya kesastraan.

Karena di kota kecil inilah lahir sastrawan besar dunia, Pramoedya Ananta Toer yang kini namanya sedang naik daun karena novelnya “Bumi Manusia” akan difilmkan Hanung Bramantyo.

Momentum inilah yang dimanfaatkan para duta wisata Kabupaten Blora untuk mengenang dan mengenalkan sosok Pram (panggilan akrabnya) kepada khalayak luas bahwa ia masih memiliki peninggalan berupa Rumah Masa Kecil yang kini dijadikan sebuah Perpustakaan oleh adik kandungnya, Soesilo Toer.

Sore itu, Sabtu (9/6/2018), belasan muda-mudi Duta Wisata Kabupaten Blora mendatangi Rumah Masa Kecil Pram yang dikenal sebagai Perpustakaan Pramoedya Ananta Toer Anak Semua Bangsa (PATABA) di Jl.Sumbawa Nomor 40 Kelurahan Jetis, Blora. Mereka hendak melaksanakan pertemuan kecil dengan Soesilo Toer yang dikemas dengan acara buka bersama.

Duduk lesehan di karpet ruang tamu, para duta wisata ini bertukar cerita dengan Soesilo Toer tentang sosok Pramoedya Ananta Toer. Hadir pula ditengah pertemuan itu, Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Blora, Drs. Kunto Aji dan Kasie Promosi Pariwisata, Yetti Romdonah.

Ada banyak kisah dan kenangan yang disampaikan Soesilo Toer kepada anak-anak muda itu. Mulai ketika ia kecil bersama Pram sampai tumbuh besar dan tidak dikenal oleh Pram.

Soesilo Toer (paling kiri) bercerita tentang kisah kakaknya yang berhasil mencuri perhatian dunia lewat karya sastranya. (foto: dok-ib)
Soesilo Toer menuturkan dan menjelaskan sedikit cerita siapa itu Pramoedya dan apa tujuan dari ia menulis? Ia menjawab dengan penuh rasa semangat bahwa kakak pertamanya itu dilahirkan pada tahun 1925 di jantung pulau jawa sebagai anak sulung.

Ayahnya adalah seorang guru, sedangkan ibunya seorang penjual nasi. Nama asli Pramoedya adalah Pramoedya Ananta Mastoer. Dikenal sebagai sosok yang pemberani dan siapa sangka mereka pernah terpisahkan hampir selama 13 tahun lamanya karena Pramoedya ditangkap dan dipenjarakan karena dianggap sebagai kaum kiri di orde itu.

“Ketika terbebas dari hukumannya Pram sampai tidak mengenali adik kandungnya sendiri. Begitu pun saya juga takut menegurnya, karena wataknya yang keras. Ketia ia tahu saya ini adik kandungnya, ia pun menangis,” ucap Soesilo Toer.

Melanjutkan ceritanya, Pak Soes juga menuturkan bahwa kecintaan Pramoedya pada dunia sastra bahkan Indonesia tidak membuatnya terlena.

“Pram pernah hampir diberikan uang sebesar $400 USD agar novelnya yang berjudul Bumi Manusia dijadikan film di luar negeri, namun secara tegas ia menolaknya. Karena ia hanya ingin bukunya di jadikan film pertama kali oleh anak bangsa Indonesia,” lanjut Pak Soes.

Banyak sekali buku karya Pram yang disukai dan dikenal di seantero dunia. Bahkan sudah diterjemahkan dalam empat puluhan bahasa asing dan tersebar ke seluruh belahan dunia. Banyak juga pendatang, khususnya penggila sastra yang nekat datang ke Blora karena penasaran dengan kampung halaman Pram, khususnya rumah masa kecilnya yang masih menyimpan berbagai karyanya.

“Pertemuan singkat ini menjadi kesenangan tersendiri untuk seluruh teman-teman Duta Wisata Kabupaten Blora. Bukan sebuah pertemuan pesta raya yang mewah melainkan pertemuan sederhana kekeluargaan, namun rasa yang dihadirkan bisa mengantarkan kami sejenak merasakan bagaimana ketika hidup pada masa penjajahan dan bagaimana menjadi seorang pejuang pada masa itu melalui cerita Pak Soesilo Toer,” ucap Dewi Ramadhani, salah satu anggota peguyuban Duta Wisata Blora.

Menurutnya datang dan berdialog dengan Pak Soes serasa bernostalgia karena yang diceritakan telah pergi menghilang namun jejak karya yang dihasilkan akan selalu dikenang. Ia dan teman-temannya semakin lebih bersemangat mengenalkan sosok Pram kepada masyarakat luas.

“Seorang Duta Wisata memang harus mampu mengetahui seluk beluk sejarah daerahnya baru ia bisa mengenalkannya pada orang lain dan daerah lain. Dia harus mencintai daerahnya demi memajukannya, bukan hanya sebuah title namun juga sebuah amanah untuk menjalankannya agar bagaimana ia bisa mempromosikan potensi daerahnya dengan baik, salah satunya potensi wisata sastra di Rumah Pram ini,” ucap Drs. Kunto Aji.

Tak hanya itu, ia juga menuturkan bahwa semua pihak harus bisa ikut turut serta menjaga keberadaan Rumah asli Pramoedya yang kedepan direncanakan menjadi daya tarik wisata sastra di Blora.

“Berbarengan akan dibuatnya film Bumi Manusia oleh sutradara Hanung Bramantyo, kami mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bisa membantu mensukseskan film dan mendukung keaslian film tersebut. Nama Pram selalu identik dengan Blora. Ketika film tentang karya Pram sukses dibuat, maka kedepan nanti diharapkan Blora akan semakin banyak dikunjungi sebagai tujuan wisata sastra,” pungkas Drs. Kunto Aji. (ra/ani-ib)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar