Kamis, 18 Juli 2019

Stop “Egoisme!”, Start Saling Mengakui!

Buletinnusa
Stop “Egoisme!”, Start Saling Mengakui!
Artikel PAPUAPost | Edisi 22 Maret 2019

Sudah waktunya kita sebagai sesama pejuang Papua Merdeka saling mengakui, saling menerima dan saling mendukung. Sudah waktunya kita berhenti mencari-cari kekurangan sesama pejuang Papua Merdeka, berhenti menyebut-nyebut apa yang kita lakukan, menyiarkan secara luas ke media, sebagai bukti apa yang kita lakukan.

Sejarah tidak buta! Sejarah tidak dungu! Sejarah tidak pernah salah! Sejarah selalu mencatat! Kita tidak usah menulisnya, kita tidak usah terlibat, kita tidak usah promosi dan jual diri! Kita tidak usah saling membenarkan dan saling menyalahkan.
Tugas kita hanya satu!, Ya, hanya satu: yaitu mengusir penjajah dari Tanah Leluhur pulau New Guinea, Sorong sampai Samarai. Full Stop! Dot!
Mari kita saling merendahkan diri! Kita patut pelihara ego,
  • tetapi kalau ego itu merugikan perjuangan Papua Merdeka, apa gunanya ego itu?
  • Kalau ego itu memperpanjang perjuangan Papua Merdeka, apa gunannya itu?
  • Kalau ego itu hanya membuat kita menjadi sok tahu dan sok benar, apa gunannya itu?
  • Bukan-kah penghakiman itu milik Tuhan?
  • Bukan-kah kita diperintahkan untuk bekerja dan berdoa, bukan saling menggosip, bukan saling menghakimi, bukan saling menyalahkan dan bukan saling membenarkan?
Baik ego pribadi yang didasari oleh hasrat dan nafsu maupun ego kelompok yang didasari oleh kebanggaan dan keunggulan, keduanya tidak berguna dalam rangka membangun kebersamaan umum (united liberation) untuk pembebasan bangsa Papua, negara West Papua.


“United we stand! Divided we fall!” selalu digunakan di berbagai tempat, secara umum! Apapun baiknya dan luhurnya niat kita, kalau kita berpikir dan berbicara memecah-belah di antara para tokoh, organisasi dan aktor Papua Merdeka, kita harus yakin bahwa kita-lah tokoh perusak dan penghambat Papua Merdeka.
Tuhan Yesus, berilah kami hati yang rendah, seperti kerendahan hati-Mu, yang berhasil meninggalkan surga dan kejayaan-Mu dan merendahkan diri menjadi manusia, sampai bersedia mati di kayu salib. Kerendahan hati-Mu telah memutar-balikkan sejarah dan telah dengan telak mengalahkan Iblis dan kerajaannya. 
Kami bangsa Papua, kami pejuang Papua Merdeka, kami organisasi perjuangan kemerdekaan West Papua, kami berdoa Engkah membantu kami untuk merendahkan diri, menanggalkan “egoisme” pribadi dan “egoisme” kelompok, dan mengenakan pakaian kerendahan, untuk saling mengakui, saling menerima, saling mendukung, dan memusuhi penipuan, penjajahan, pendudukan, penjarahan, pencurian, teror, intimidasi dan pembunuhan yang dilakukan NKRI atas bangsa Papua, atas negeri West Papua.

Baca artikel PAPUAPost lain, berikut ini:
  1. Penonton dan Komentator Ikut Main dalam Lapangan Papua Merdeka, Akibatnya?
  2. Tiga Ciri Utama Pejuang Papua Merdeka

Posted by: Admin
Copyright ©Yikwanak Kole "sumber"
Hubungi kami di E-Mail ✉: tabloid.wani@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar