Panen perdana kedelai yang ditanam di bawah naungan hutan jati Desa Tlogowungu, Kecamatan Japah, Selasa (24/4/2018). (foto: dok-infoblora) |
Bertempat di kawasan hutan jati Perhutani RPH Gendongan, BKPH Ngapus, KPH Blora, pengembangan Budena Jati ini ditanam di lahan seluas 41,4 hektare yang tersebar di petak 53, 54,55 dan 57. Yang secara administratif masuk di wilayah Desa Bogem dan Desa Tlogowungu, Kecamatan Japah.
Hutan jati yang biasanya ditanam jagung pada sela tegakan, kini dicoba untuk ditanami kedelai. Hasilnya setelah ditanam pada awal bulan Februari lalu, dan berjalan hingga 70 hari lamanya, akhirnya pada hari Selasa (24/4/2018) mulai dilakukan panen perdana di petak 53.
Panen perdana diikuti oleh Wakil Bupati Blora, H.Arief Rohman M.Si; Kepala Puslitbang Tanaman Pangan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Dr. Agus Wahyana Anggara, S.Si, M.Si; Kepala Balitkabi, Ir. Joko Susilo Utomo, MP.Ph.D; Administratur Perhutani KPH Blora Rukman Supriyatna, S.Hut; Sekretaris Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Blora, Supoyo, Kabag Humas dan Protokol, hariyanto, SIP, M.Si; serta jajaran Forkopimcam Japah.
Tanaman kedelai tumbuh subur seluas 41,4 hektare di bawah hutan jati RPH Gendongan, BKPH Ngapus, KPH Blora. (foto: dok-infoblora) |
Kepala Balitkabi, Ir. Joko Susilo Utomo, MP.Ph.D dalam laporannya menerangkan bahwa pengembangan teknologi Budena Jati di hutan BKPH Ngapus ini merupakan tahapan awal yang nantinya akan dijadikan percontohan untuk perluasan di lahan hutan jati lainnya.
“Kita ketahui bersama, hingga saat ini Indonesia masih banyak impor kedelai karena produksi kita masih rendah. Sehingga untuk mengembangkan tanaman kedelai ini kita butuh lahan baru. Tidak mungkin berebut dengan lahan sawah yang rutin ditanami padi dan jagung. Sehingga kami dari Balitkabi mencoba teknologi pengembangan Budena Jati yang menyasar lahan hutan, khususnya di sela tegakan jati seperti yang kita lakukan di Blora ini,” ujar Ir. Joko Susilo Utomo, MP.Ph.D
Teknologi, benih, dan pendampingan dilakukan Balitkabi, lahannya dari Perhutani, dan dilaksanakan oleh petani yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH).
Ketua Kelompok Tani LMDH Jatisari Desa Tlogowungu, Kecamatan japah, Pasiran (kiri) berdialog dengan Wakil Bupati di acara Temu Lapang Pengembangan Teknologi Budena Jati. (foto: dok-infoblora) |
Ia mengatakan, hasil panen ini akan dipakai untuk penanaman di lahan baru kembali guna mendukung program swasembada kedelai 2020 melalui penyediaan benih berkualitas. Dimana untuk tahun 2019 sendiri akan dilakukan perluasan areal tanam sebesar 2 juta hektar se Indonesia.
Administratur Perhutani KPH Blora, Rukman Supriyatna, S.Hut menyambut positif hasil yang diperoleh Balitkabi dalam melaksanakan teknologi pengembangan Budena Jati. Kedepan ia bersedia untuk menyediakan lahan guna perluasan pengembangan Budena Jati.
“Pada prinsipnya kami sangat mendukung. Hutan harus produktif dan memberikan manfaat untuk masyarakat. Kalau hanya mengandalkan jati saja, hasilnya hanya bisa diambil puluhan tahun sekali ketika masa tebang. Untuk menyiasati itulah kami dari Perhutani juga mulai mengembangkan hutan untuk agroforestri atau wanatani, serta wisata sehingga hutan bisa menghasilkan setiap bulannya. Budena Jati ini merupakan salah satu wujud agroforestri yang harus didukung,” ucapnya.
Kelompok Tani LMDH Jatisari Desa Tlogowungu, Kecamatan Japah yang menggarap lahan kedelai di bawah tegakan jati. (foto: dok-infoblora) |
Wakil Bupati H.Arief Rohman, M.Si juga mengaku senang dan berterimakasih kepada Balitkabi serta Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian yang telah memilih Blora sebagai lokasi penanaman kedelai melalui teknologi Budena Jati.
“Saya mewakili Pak Bupati Djoko Nugroho mengucapkan terimakasih kepada Balitkabi serta Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian yang telah menanam kedelai di bawah naungan jati dan melakukan pendampingan kepada petani LMDH Jatisari. Petani sangat antusias dan semoga kegiatan ini bisa berlanjut hingga tahun berikutnya,” kata H.Arief Rohman, M.Si.
Menurutnya hutan jati yang biasanya ditanami jagung dan ketela di sela tegakan, kini bisa dicoba dengan tanaman kedelai dan hasilnya lebih baik.
“Hampir 50 persen wilayah Blora berupa hutan jati dan saat ini hutan yang baru ditanami kedelai seluas 41,4 hektar. Mimpi kami kedepan bisa sampai 4000 hektare hutan. Sehingga Blora bisa ikut menjadi produsen kedelai yang unggul. Tidak hanya Grobogan yang memang sudah lama mengembangkan kedelai di lahan persawahan,” lanjutnya.
Ketua Kelompok Tani LMDH Jatisari, Desa Tlogowungu, Kecamatan Japah, Pasiran, mengaku senang dan antusias melakukan penanaman kedelai di sela tegakan jati. Menurutnya hasilnya lebih bagus ketimbang menanam ketela atau jagung.
“Setelah panen ini saya harap teman-teman petani lainnya jangan menjual seluruh hasil yang dipanen. Sisakan sebagian untuk benih yang bisa ditanam untuk masa tanam selanjutnya,” ucap Pasiran di depan puluhan petani yang mengikuti acara temu lapang itu. (editor: jo-ib)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar