Rabu, 25 April 2018

Jacky Manuputty Wakili Indonesia Terima Penghargaan Di Yordania

Buletinnusa
Penerima penghargaan Raja Yordania yakni Philip Mendelsohn dan Rose Margaret Drew (Inggris), Nicholas Coleman dan Helen Summers (Australia), dan Jacky Manuputty (Indonesia). (foto: Sekretariat Istana Yordania)

AMMAN, Malukupost.com
- Asisten Utusan Khusus Kepresidenan RI Pendeta Jacky Manuputty mewakili Indonesia, menerima penghargaan World Interfaith Harmony Week (2018, di di Istana Al Husseiniya Amman, Yordania, Selasa (24/4). Penghargaan diserahkan langsung oleh Raja Abdullah.

Indonesia menerima penghargaan kedua, sedangkan penghargaan pertama diterima Australia, dan penghargaan ketiga diterima Inggris.  Tim juri menempatkan Australia sebagai pemenang pertama, untuk acara “Who Are We in a Changing World?” yang diselenggarakan oleh Pusat Lintas Iman Melbourne di Australia.

Acara ini, terinspirasi oleh “Love of the Neighbor”, yang mengundang tujuh pemimpin agama untuk membawa anggota komunitas bersama mereka untuk bertemu tetangga mereka yang berasal dari beragam agama, filosofi, dan budaya. Australia diwakili oleh  Pendeta Helen Summers, pendiri dan direktur pusat, dan Nicholas Coleman selaku Wakil Direktur lembaga tersebut.

Indonesia menerima penghargaan untuk acara “Musyawarah Pemimpin Agama Untuk Persatuan Nasional”, yang diselenggarakan oleh Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia untuk Dialog Antar-Agama yang dipimpin Din Syamsuddin.  Pada acara ini, Jacky Manuputty dipercaya sebagai Ketua Panitia Pelaksana.

Pada kegiatan tersebut, sebanyak 450 pemimpin lintas iman dari seluruh Indonesia berkumpul membahas isu-isu nasional dan menghasilkan tujuh poin deklarasi tentang persatuan nasional, yang disampaikan kepada presiden.  Mestinya penghargaan ini diterima dua asisten utusan khusus kepresidenan, namun Muhammad Rifqi Muna berhalangan, sehingga hanya diterima Pendeta Jacky Manuputty.

Penghargaan ketiga diberikan kepada Lembaga Lintas Iman Glasgow untuk kegiatan “Persahabatan, Dialog, Kerja Sama: Menjelajahi Elemen Penting dari Kerukunan Antaragama”.

Badan amal yang berbasis di Inggris ini mempromosikan keterlibatan positif antara orang-orang dari tradisi agama yang berbeda di Skotlandia yang paling beragam agama. Direktur Lembaga Lintas Iman Glasgow Rose Margaret Drew Ketua Badan Amal Philip Mendelsohn, menerima penghargaan itu.

Penghargaan WIHW atau Pekan Harmoni Lintas Iman Sedunia diberikan sejak tahun 2013 oleh Royal Aal al-Bayt Institute for Islamic Thought, kepada tiga aktivitas atau tulisan yang paling mempromosikan nilai-nilai yang berhubungan dengan Pekan Harmoni Lintas Iman Sedunia, yang dirayakan pada minggu pertama bulan Februari.

Dalam sambutannya pada upacara tersebut, Pangeran Ghazi Bin Muhammad selaku Penasihat Utama Raja untuk urusan agama dan budaya dan utusan pribadi, berterima kasih kepada Raja karena telah mempelopori prakarsa Pekan Harmoni Lintas Iman Sedunia.

"Tahun ini, mereka yang berpartisipasi mengalami peningkatan, baik secara kuantitas maupun kualitas," ujar Pangeran  Ghazi.

Pangeran Ghazi menambahkan, Pekan Harmoni Lintas Iman Sedunia telah resmi diadopsi dan dirayakan sejumlah negara termasuk Indonesia, Malaysia, Filipina dan Kanada; belum lagi 1.200 LSM dan organisasi lain di seluruh dunia.

“Saya juga ingin mengucapkan selamat kepada ketiga pemenang, semua yang berpartisipasi dalam Pekan Harmoni Lintas Iman Seduna dan dewan juri  kami yang terhormat. Semua membantu membuat dunia menjadi tempat yang sedikit lebih baik, atau mungkin tempat yang sedikit kurang buruk. Semoga Tuhan menerima dan menghargai niat baik dan upaya mereka,” tambah pangeran

Dalam sambutannya atas nama para pemenang, Pendeta Summers dari Melbourne mengatakan, sejak pekan harmoni dimulai, ribuan peristiwa telah diadakan di seluruh dunia.

"Ribuan peristiwa telah membawa orang-orang berkemauan baik bersama, mengakui bahwa Cinta Tuhan dan Cinta Tetangga, atau Cinta akan Kebaikan dan cinta tetangga, adalah kesamaan yang kita miliki dan di mana ada perbedaan, kita menunjukkan rasa hormat,” papar Summers.

“Hubungan baru terbentuk, kesalahan persepsi lama gagal, pemahaman baru muncul, aksi sosial dilakukan dan inisiatif antariman dapat mengarah pada perbaikan dalam kebijakan multikultural pemerintah,” katanya. (The Jordan Times/Rudi Fofid)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar